Saat Invasi Ukraina, Rusia Gunakan Bom Kontroversial yang Dilarang Banyak Negara

- 1 Maret 2022, 10:07 WIB
Bom tandan atau amunisi tandan
Bom tandan atau amunisi tandan /

MEDIA PAKUAN - Sejak resmi menyerang Ukraina pada Kamis, 24 Februari lalu, Rusia ternyata menggunakan bom kontroversial yang telah dilarang banyak negara.

Bom yang digunakan Rusia adalah amunisi tandan alias bom tandan. Saat ditembakkan, bom ini akan terbuka di udara dan menghasilkan ratusan bom-bom kecil yang menghujani wilayah targetnya.

Amunisi ini terkenal sulit dikendalikan dna menyerang target di dekatnya tanpa pandang bulu. Itulah sebabnya kelompok Hak Asasi Manusia Internasional (Human Rights) mengatakan bahwa bom ini tidak boleh digunakan di dekat populasi sipil.

Baca Juga: Pesawat Terbesar Dunia Antonov 225 Hancur Dibom Rusia, Ukraina Tetap Yakin Akan Menang

Sayangnya pada invasi pertamanya, rudal balistik Rusia yang membawa amunisi tandan diduga telah menyerang di luar sebuah rumah sakit di kota Vuhledar, yang terletak di wilayah Donetsk di Ukraina timur, menurut Human Rights Watch.

Serangan itu dilaporkan terjadi sekitar pukul 10:30 waktu setempat.

Empat warga sipil tewas dan 10 lainnya luka-luka, enam di antaranya adalah petugas kesehatan. Rumah sakit, ambulans, dan kendaraan lain di sekitarnya juga mengalami kerusakan.

"Saya berada di lantai pertama gedung dua lantai kami. Saya mendengar ledakan keras di luar. Kami berlari ke lorong. Untungnya, kami tidak memiliki banyak pasien," kata Natalia Sosyura, kepala dokter rumah sakit, dikutip dari npr.

Baca Juga: Pelantun Adzan di Gegerbitung Sukabumi Dibacok ketika Shalat Subuh, Pelaku Masih Misterius

Di hari kedua invasi, amunisi tandan kembali diduga jatuh di sebuah prasekolah di kota Okhtyrka, Ukraina timur laut di Sumy Oblast, kata Amnesty International.

Amnesty International mengatakan bahwa pasukan Rusia kemungkinan melakukan serangan itu, karena mereka beroperasi di dekatnya dan memiliki sejarah menggunakan amunisi tandan, dan itu mungkin merupakan kejahatan perang.

"Tidak ada pembenaran yang mungkin untuk menjatuhkan amunisi tandan di daerah berpenduduk, apalagi di dekat sekolah," kata Agnès Callamard, sekretaris jenderal Amnesty International.

"Serangan ini menunjukkan semua ciri penggunaan Rusia atas senjata yang tidak pandang bulu dan dilarang secara internasional ini, dan menunjukkan pengabaian yang mencolok terhadap kehidupan sipil," tambahnya.

Baca Juga: Myanmar Dukung Putin, Sebut Rusia Berhak Bela Kepentingan Nasionalnya

Penggunaan amunisi tandan ini juga mendapat kecaman dari Steve Goose, direktur senjata Human Rights Watch.

"Pasukan Rusia harus berhenti menggunakan amunisi tandan dan mengakhiri serangan tidak sah dengan senjata yang membunuh dan melukai tanpa pandang bulu," ujarnya.

Pada tahun 2008 sendiri, lebih dari 100 negara telah menyetujui perjanjian global yang melarang penggunaan amunisi tandan, tetapi baik Rusia maupun Ukraina tidak menandatanganinya. ***

Editor: Siti Andini

Sumber: NPR


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x