MEDIA PAKUAN - Sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021 lalu, kondisi ekonomi Myanmar kini makin runtuh.
Meski begitu, militer masih tampak belum mau mundur dan tetap fokus membantai para pengunjuk rasa yang menentang kudeta.
Selain perkara ekonomi, layanan internet pun kini semakin terbatas di Myanmar.
Baca Juga: Kebijakan Presiden AS Joe Biden Terhadap China, Biden Pasang Sikap Keras
Namun semua kesulitan nampaknya tidak bisa meluluhkan para junta militer yang mengajukan kudeta pada pemimpin Aung San Suu Kyi.
Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan, hingga kini jumlah total kematian pengunjuk rasa yang terdata sejak awal kerusuhan kudeta pada 1 Februari mencapai 217 orang. Tapi jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.
Berbagai negara barat memang telah mengecam aksi kekerasan militer Myanmar ini, dan Badan pangan PBB pun telah mempresiksi bahwa hal ini akan mengakibatkan ekonomi runtuh dan kesulitan untuk banyak orang.
Baca Juga: Inggris Tambah Stok Hulu Ledak Nuklir Lebih dari 40 Persen, Boris Johnson: Rusia Ancaman Paling Akut
"Apa pun yang terjadi di Myanmar dalam beberapa bulan mendatang, ekonomi akan runtuh, menyebabkan puluhan juta orang dalam kesulitan dan membutuhkan perlindungan segera,"