Unjuk Rasa Anti Pajak di Kenya, Washington Turun Tangan. Kenapa Ya ?

27 Juni 2024, 10:55 WIB
Unjuk Rasa Anti Pajak di Kenya, Washington Turun Tangan. Kenapa Ya ? /@joebiden/Instagram

MEDIA PAKUAN - Di Washington, Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat (AS) akaan memantau dengan cermat situasi di Nairobi akibat protes kenaikan pajak yang berubah menjadi kekerasan. Lima orang tewas dan banyak orang terluka parah. AS pun mendesak agar semua pihak bisa tenang dan menahan diri.

Para duta besar dan komisaris tinggi dari negara-negara termasuk Inggris, Amerika Serikat dan Jerman mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa mereka sangat prihatin dengan kekerasan yang mereka saksikan selama protes anti-pajak baru-baru ini dan menyerukan agar semua pihak menahan diri.

Pemantau internet Netblocks mengatakan layanan internet di seluruh negara Afrika Timur mengalami gangguan parah selama tindakan keras polisi.

Baca Juga: Kenya Airways Akhiri Kerja Sama Dengan Grup Air France KLM

Operator jaringan terkemuka di Kenya, Safaricom, mengatakan pemadaman listrik telah berdampak pada dua kabel bawah lautnya namun penyebab utama pemadaman tersebut masih belum jelas.

Seperti diketahui, aksi demo terjadi karena parlemen menyetujui rancangan undang-undang keuangan tersebut, dan meneruskannya ke pembahasan ketiga oleh anggota parlemen. Langkah selanjutnya adalah mengirimkan undang-undang tersebut ke presiden untuk ditandatangani. Dia dapat mengirimkannya kembali ke parlemen jika dia keberatan.

Politisi oposisi meminta Presiden Kenya William Ruto mundur. “Ruto harus mundur, Ruto harus mengundurkan diri, dia harus melakukan hal yang terhormat,” kata pemimpin senior oposisi Eugene Wamalwa dalam sebuah pernyataan di TV.

Baca Juga: 7 Fakta Unik Kenya yang Jarang diketahui, Tempat Lahirnya Maraton Modern yang Terkenal di Dunia?

Pemimpin oposisi lainnya, Raila Odinga, mendesak penarikan segera RUU keuangan tersebut untuk membuka jalan bagi dialog.

“Saya merasa terganggu dengan pembunuhan, penangkapan, penahanan dan pengawasan yang dilakukan oleh polisi terhadap anak laki-laki dan perempuan yang hanya ingin didengarkan mengenai kebijakan perpajakan yang mencuri masa kini dan masa depan mereka,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Pemerintah telah memberikan beberapa kelonggaran, berjanji untuk membatalkan usulan pajak baru atas roti, minyak goreng, kepemilikan mobil dan transaksi keuangan. Namun hal itu belum cukup bagi para pengunjuk rasa.

Kementerian Keuangan mengatakan konsesi tersebut akan mengurangi anggaran sebesar 200 miliar shilling Kenya (USD1,56 miliar) pada anggaran tahun 2024-2025, dan memaksa pemerintah untuk melakukan pemotongan belanja atau menaikkan pajak di negara lain.

Protes pada Selasa (25/6/2024) dimulai dalam suasana seperti festival tetapi ketika massa bertambah, polisi menembakkan gas air mata di Kawasan Pusat Bisnis Nairobi dan lingkungan miskin Kibera. Para pengunjuk rasa merunduk untuk berlindung dan melemparkan batu ke garis polisi.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Tags

Terkini

Terpopuler