Hizbullah Miliki Banyak Persenjataan Berat Dibanding Kebanyakan Negara: 150 Ribu Rudal Tertuju ke Israel

24 Oktober 2023, 00:05 WIB
Penampakan tank dan kendaraan militer Israel di dekat perbatasan Israel dengan Lebanon, Israel utara, 9 Oktober 2023. REUTERS/Ammar Awad /

MEDIA PAKUAN - Media Israel Haartez melaporkan bahwa Hizbullah saat ini memiliki jauh lebih banyak roket dan rudal dibandingkan kebanyakan negara di dunia.


Organisasi Lebanon ini memiliki sistem pertahanan udara yang luas, roket dan rudal jarak jauh yang bisa menjangkau jauh ke dalam wilayah Israel.


Menurut para peneliti Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, Hizbullah adalah satu-satunya aktor non-negara yang memiliki persenjataan paling berat dan mematikan di dunia. 

Persenjataan tersebut meliputi rudal balistik, anti-udara, anti-tank, anti-kapal, dan cadangan artileri roket yang besar dan beragam.


Menteri Pertahanan AS juga mengakui jika Hizbullah memiliki perlengkapan militer yang sangat besar, roket dan rudal mematikan yang berasal dari bantuan Iran.


Hal tersebut terbukti saat Hizbullah membantu menyelamatkan pemerintahan Bashar al-Assad dalam Perang Saudara Suriah.

 

 
Setelah terjadinya serangan Hamas 7 Oktober nampaknya Israel memilih untuk menahan diri terhadap provokasi Hizbullah.


Menurut perkiraan Hizbullah memiliki sekitar 150.000 roket dan rudal, yang sebagian besar memiliki jangkauan sasaran puluhan kilometer bahkan ratusan kilometer dari Lebanon.


Salah satu penulis Pusat Studi Strategis dan Studi Internasional mengatakan bahwa pengalaman Hizbullah di Suriah telah memungkinkan akses mereka terhadap senjata canggih baik dari Suriah, Iran, atau Rusia.

 

 


Institute for National Security Studies dalam artikelnya menyebutkan bahwa Hizbullah memiliki sekitar 40.000 roket jarak pendek tipe Grad.


Sebanyak 80.000 roket jarak menengah Fajr-3 dan Fajr-5, Khaibar, dan Ra'ad dan 30.000 roket Zelzal jarak jauh dan rudal Fateh-110 (M600).


Suriah juga memberikan sejumlah rudal Scud, ratusan rudal Fateh-110, yang dilengkapi dengan navigasi berbasis GPS dan memiliki akurasi serta potensi destruktif yang cukup besar.


Kementerian Militer dan Pertahanan Israel memperkirakan bahwa Hizbullah akan menembakkan ribuan roket per hari jika terjadi perang.


Tercatat bahwa selama Perang Lebanon Kedua pada tahun 2006, Hizbullah menembakkan sekitar 200 roket dalam sehari.


Dalam beberapa tahun terakhir Hizbullah terlibat dalam proyek presisi untuk mengubah sistem pemandu pada roket yang tidak terarah menjadi senjata yang secara langsung menargetkan sasaran strategis seperti markas besar, pangkalan militer, pembangkit listrik, dan daerah dengan konsentrasi pasukan.


Organisasi ini juga memiliki persediaan rudal anti-pesawat dalam jumlah besar, termasuk rudal yang dapat ditembakkan dari bahu untuk menjatuhkan helikopter dan pesawat terbang dengan ketinggian rendah.


Hizbullah juga memiliki sistem anti-udara berat, termasuk rudal dan peluncur permukaan-ke-udara, yang dapat mengenai sasaran udara pada jarak hingga 50 kilometer dan ketinggian hingga 24 kilometer.


Selama Perang Lebanon Kedua, kerusakan yang diderita Israel berasal dari unit serangan anti-tank Hizbullah yang memiliki peluncur granat Kornet yang dikembangkan oleh Rusia.


Selain itu selama lebih dari 20 tahun angkatan udara Hizbullah telah mengembangkan drone dalam berbagai ukuran dan peran, baik yang diproduksi di Iran maupun diproduksi secara lokal.


Drone ini dapat membawa senjata atau dilengkapi hulu ledak berat yang berfungsi sebagai drone bunuh diri.


Pusat Penelitian dan Pendidikan Alma memperkirakan bahwa organisasi tersebut memiliki sekitar 2.000 drone dari berbagai jenis, termasuk drone sipil yang telah digunakan untuk membawa senjata.


Hizbullah memiliki satuan komando, Pasukan Radwan, yang terdiri dari 2.500 personel yang dikerahkan di Lebanon dan Iran, dan kebanyakan dari mereka memiliki pengalaman Perang Saudara Suriah.


IDF menemukan terowongan di bawah perbatasan utara sebagai akses Hizbullah untuk menyusup ke kota-kota Israel.


Serangan Hamas 7 Oktober 2023 membuktikan bahwa terowongan adalah salah satu metode yang mungkin untuk menyerang Israel.***

Editor: M Hilman Hudori

Sumber: Hareetz

Tags

Terkini

Terpopuler