Inggris Mengutuk Russia Melakukan Retorika Agresif di Ukraina

24 Desember 2021, 14:53 WIB
Vladimir Putin menghadiri konferensi pers akhir tahun di Moskow, Rusia, 23 Desember 2021. /REUTERS/Evgenia Novozhenina

MEDIA PAKUAN - Pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Inggris kutukan hawkish Kremlin di Ukraina.

Meteri Luar Negeri Inggris juga kutukan pembangunan militer di dekat perbatasan negara bekas Soviet.

"Saya mengutukretorika agresif dan menghasut Kremlin terhadap Ukraina dan NATO," kata Menteri Luar Negeri Liz Truss dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Main Cantik! Pemerintah Bulgaria Iming-imingi Para Lansia Agar Bersedia di Vaksinasi

Dia juga menyebut perbatasan perbatasan Ukraina dan Krimea yang dicaplok Rusia "tidak dapat diterima".

Kremlin menunjukkan bahwa Barat dan NATO melanggar batas-batas yang berbahaya di dekat perbatasan Rusia.

Moskow mengajukan pertanyaan kepada keamanan Barat pekan lalu.

Moskow menuntut agar NATO tidak menerima anggota baru dan AS tidak menyediakan pangkalan baru di negara-negara bekas Soviet.

Baca Juga: Bakar Semangat! Indra Sjafri Kasih Pesan Buat Timnas Indonesia Seperti Ini

Trus arsitektur bahwa "NATO adalah aliansi pertahanan".

Sedangakan memuji karena menunjukkan "pengendalian yang pantas diterima dalam menghadapi provokasi dan agresi Rusia".

"Setiap serangan akan dihadapi dengan kekuatan, termasuk sanksi terkoordinasi dengan sekutu kami," kata Truss.

Baca Juga: Kobaran Api Lalab Bengkel Motor di Sagaranten Sukabumi, Bokir Merugi Puluhan Juta

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis membuat pernyataan bahwa dia melihat kesediaan Washington untuk membahas proposal keamanan Rusia.

Presiden Rusia memberikan pernyataan tersebut pada konferensi pers akhir tahun tahunannya.

Putin mengatakan bahwa Washington siap untuk melakukan pembicaraan pada awal tahun depan di Jenewa.

Truss mengatakan bahwa satu-satunya cara bagi Rusia untuk menyelesaikan masalah ini adalah melalui dialog.

"Saya menyambut baik fakta bahwa Rusia telah mengisyaratkan bersedia untuk memasuki pembicaraan pada bulan Januari."***

 

***

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler