Baru Berkuasa Keretakan Terjadi, Pemimpin Taliban Hilang karena Pertikaian Besar di Istana Kabul

16 September 2021, 09:53 WIB
Abdul Ghani Baradar, (kedua dari kiri) merupakan salah satu dari empat pemimpin Taliban yang saat ini dianggap berpengaruh di Afghanistan. /Reuters

MEDIA PAKUAN - Pasca Taliban menguasa Kabul dan mengulingkan pemerintahan, kondisi negara kian memanas.

Baru-baru ini terjadi ketegangan perselisihan antara jajaran pemimpin Taliban didalam istana untuk menentukan kebijakan pemerintahan baru di Afganistan.

Melansir dari Independent.co.uk, Perselisihan antara salah satu pendiri Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar dan Khalil ur-Rahman Haqqan.

Khalil ur-Rahman Haqqan sebagai menteri pengungsi sipemerintahan yang di tunjuk Amerika Serikat.

Baca Juga: Ramuan Herbal Ini Mampu Menurunkan Berat Badan dengan Cepat, Berikut Caranya!

Menurut sumber Taliban, mereka beradu argumen hingga mengeluarkan kata-kata kasar yang berakibat kedua pendukung mereka bentrok satu sama lainnya.

Berita keretakan internal muncul saat spekulasi telah meningkat atas hilangnya dua tokoh utama kelompok Islam – pemimpin tertinggi Mullah Haibatullah Akhundzada dan wakil perdana menteri Mr Baradar – dari pandangan publik.

Baradar juga tidak hadir dalam delegasi menteri yang bertemu dengan menteri luar negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani di Kabul pada hari Minggu – acara yang biasanya dia hadiri.

Taliban telah membantah laporan keretakan dan rumor sebagai "propaganda tak berdasar".

Baca Juga: Tak Sanggup Bayar Harry Kane, Manchester City Angkat Tangan

Baradar, yang merupakan salah satu pendiri kelompok itu dan mengepalai kantor politik Taliban, diperkirakan akan menjadi perdana menteri berikutnya oleh para pejabat Taliban. Namun ia malah diangkat menjadi wakil pertama perdana menteri sementara Mullah Hassan Akhund.

Baradar juga merupakan pemimpin Taliban pertama yang berkomunikasi langsung dengan presiden AS saat itu Donald Trump, dan menandatangani perjanjian Doha pada Februari 2020. Dia dianggap "moderat" dalam kepemimpinan.

Dikatakan bahwa argumen terjadi di Kabul karena Baradar tidak senang dengan susunan kabinet baru dan ada ketidaksepakatan mengenai siapa yang harus mengambil penghargaan atas kemenangan mereka di Afghanistan.

Seerti diketauhi, Baradar ingin menekankan upaya diplomatik, yang sebagian besar menjadi tanggung jawabnya, sementara kelompok Haqqani lebih menekankan pada kemenangan militer yang membuka jalan bagi pengambilalihan tersebut.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Tags

Terkini

Terpopuler