Akibat Kudeta, Pengunjuk Rasa Myanmar Terpaksa Peringati Hari Besar Thingyan dengan Protes

13 April 2021, 16:36 WIB
Demonstrasi di Myanmar. /Athit Perawongmetha

MEDIA PAKUAN - Thingyan merupakan liburan terpenting Myanmar selama lima hari yang biasanya dirayakan dengan doa, membersihkan patung Buddha di kuil, atau penyiraman air di jalan-jalan.

Namun akibat kudeta, peringatan hari besar Thingyan di Myanmar ini terpaksa diwarnai dengan protes.

Kudeta membuat hari perayaan liburan tahun baru ini kembali terganggu untuk yang kedua kalinya berturut-turut setelah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Australia Takut dan Hentikan Penyuntikan AstraZeneca, Berikut Alasannya

Untuk melancarkan rencana protes di hari Thingyan, para pengunjuk rasa pun mendesak orang-orang Myanmar untuk melakukan protes simbolis dari awal liburan, yakni pada hari Selasa, 13 April 2021.

Selain protes, para demonstran juga melukis penghormatan tiga jari di pot tradisional Thingyan yang diisi dengan bunga, yang biasanya dipajang pada saat ini.

"Dewan militer tidak memiliki Thingyan. Kekuasaan rakyat ada di tangan rakyat," tulis postingan Facebook pemimpin kelompok protes Komite Kolaborasi Pemogokan Umum Ei Thinzar Maung.

Baca Juga: Selama Ramadan Kegiatan Agama di Masjid Tak Dibatasi, Namun Bupati Minta Ikuti Hal Ini

Maung mengatakan, protes yang direncanakan terhadap junta ini pun dilakukan dengan percikan cat merah di trotoar dan membunyikan klakson mobil di jalanan.

Selain itu, para pengunjuk rasa menyerukan hari hening untuk menghormati para korban kekerasan dan untuk hari ketaatan pada hari Sabtu.

Menurut penghitungan kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), setidaknya 710 warga sipil telah tewas dalam tindak kekerasan pasukan keamanan Myanmar, termasuk 82 orang tewas di kota Bago, yang terletak sekitar 70 km (45 mil) timur laut Yangon, pada hari Jumat.

Semetara itu, seorang juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk dimintai keterangan.***

Editor: Siti Andini

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler