Kurang lebih 60 tahun kemudian, pada tanggal 29 Oktober 1929, jatuhnya pasar saham lainnya yang disebut sebagai Black Tuesday menandai dimulainya Depresi Hebat.
Black friday juga menjadi sebuah istilah kepolisian yang menggambarkan betapa buruknya kondisi lalu lintas di Amerika pada hari itu.
Saat itu, gerombolan pembeli dan turis pinggiran membanjiri kota. Mereka datang sebelum pertandingan sepak bola Angkatan Darat vs Angkatan Laut yang diadakan di sana setiap tahun.
Karena hal ini, para polisi tidak dapat mengambil cuti. Mereka juga harus bekerja shift ekstra panjang untuk menangani kerumunan dan lalu lintas tambahan.
Pengutil juga memanfaatkan keributan di toko-toko dan kabur dengan barang dagangan. Hal ini tentu menambah menambah kerepotan para penegak hukum.
David Zyla penulis How to Win at Shopping juga mengungkapkan bahwa momen belanja ini termasuk salah satu yang punya pergeseran makna seiring perjalanannya.
ini adalah hari yang menyenangkan bagi pengecer, tetapi Black Friday juga selalu mewakili sisi gelap konsumerisme Amerika.
Black Friday digambarkan sebagai hari di mana toko-toko mulai meraup untung untuk tahun ini dan sebagai hari belanja terbesar di Amerika Serikat. Kenyataannya, sebagian besar toko mengalami penjualan terbesar pada hari Sabtu sebelum Natal.
Istilah Black Friday lantas dimanfaatkan oleh para pedagang atau toko-toko pengecer dan diubah menjadi istilah untuk memberikan penawaran menarik kepada para pelanggannya. Hal ini memberikan dampak keuntungan besar bagi mereka.