AS Telanjangi Rusia, Sanksi Berat Status Perdagangan di Uni Eropa

- 12 Maret 2022, 14:16 WIB
AS Telanjangi Rusia, Sanksi Berat Status Perdagangan di Uni Eropa
AS Telanjangi Rusia, Sanksi Berat Status Perdagangan di Uni Eropa /Ilustrasi/Pixabay

 


MEDIA PAKUAN - Presiden AS, Joe Biden, mengumumkan bahwa AS akan secara dramatis menurunkan status perdagangannya dengan Rusia.

Ia melakukan itu sebagai hukuman atas invasinya Rusia ke Ukraina dan juga melarang impor makanan laut, alkohol, dan berlian Rusia.

Biden juga mencabut status "negara yang paling disukai" untuk Rusia, sedang dilakukan dalam koordinasi dengan negara-negara Uni Eropa dan Kelompok Tujuh.

Baca Juga: Benarkan Pemerintah Inggris, Pelatih Liverpool Jurgen Klopp Bersimpati pada Pemain Chelsea: Salahkan Putin

“Dunia bebas datang bersama untuk menghadapi Putin,” kata Biden dari Ruang Roosevelt Gedung Putih.

Dengan melucuti status negara yang paling disukai dari Rusia, memungkinkan AS an sekutunya untuk mengenakan tarif yang lebih tinggi pada beberapa impor Rusia.

Perubahan Biden pada status perdagangan Rusia datang sebagai tekanan untuk mencabut apa yang secara resmi dikenal sebagai "hubungan perdagangan normal permanen" dengan Rusia.

Baca Juga: LICIN! Hizbullah Berkelit Menutupi dan Melindungi Pembunuh Rafik Hariri

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendesak AS dan sekutunya untuk mengambil tindakan terhadap Rusia dalam sambutannya kepada Kongres akhir pekan lalu.

Ini terjadi beberapa hari setelah Biden bergerak untuk melarang impor produk minyak dan gas Rusia .

Langkah yang akan digunakan pada minggu ini adalah sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Rusia dan tanda bahwa AS dan sekutunya akan terus menggunakan beban keuangan mereka untuk membalas terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca Juga: Militer Rusia Mengempur Tanpa Jeda, Kota-kota Besar di Ukraina Dikuasai

Ia juga menggunakan langkah-lngkah lain termasuk pembekuan aset bank sentral, pembatasan ekspor dan sanksi terhadap oligarki Rusia dan keluarga mereka.

Alat keuangan ini telah menyebabkan rubel Rusia kehilangan 76% nilainya terhadap dolar AS selama sebulan terakhir.

Hal itu telah menyebabkan inflasi destruktif yang dapat mengikis kemampuan Putin untuk mengobarkan perang berkepanjangan di Ukraina.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: APNews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah