XL Axiata dan BROL Kementerian Kelautan Luncurkan Aplikasi Laut Nusantara untuk Nelayan

- 17 Juli 2021, 16:36 WIB
PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) dan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) telah meluncurkan Aplikasi Laut Nusantara yang memudahkan nelayan mencari ikan/ISTIMEWA
PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) dan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) telah meluncurkan Aplikasi Laut Nusantara yang memudahkan nelayan mencari ikan/ISTIMEWA /

MEDIA PAKUAN- PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) dan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) - Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah meluncurkan Aplikasi Laut Nusantara.

Kecanggihan aplikasi ini mampu mendeteksi keberadaan ikan di laut sehingga memudahkan nelayan mencari ikan, seperti Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore.

Jenis ikan tersebut menjadi primadona di pasar dunia. Fitur baru ini sudah bisa dimanfaatkan para nelayan sejak Juli 2021.

Baca Juga: Realme C21Y Ponsel Harga Rakyat untuk Pelajar, Rilis dalam Waktu Dekat

Chief Corporate Affairs Officer XL Axiata, Marwan O Baasir mengatakan, XL Axiata terus berupaya meningkatkan fungsi dan manfaat dari aplikasi Laut Nusantara ini. Aplikasi tersebut sesuai dengan visi XL Axiata yaitu membantu para nelayan Indonesia. “Tangkapan nelayan semakin dan aman dalam bekerja sehingga akan meningkatkan kualitas hidup mereka,” katanya.

Aplikasi ini bisa diimplementasikan menjadi sarana digital yang mendukung masyarakat nelayan kecil di seluruh Indonesia.

“Apalagi, teman-teman dari BROL memiliki semua kompetensi yang dibutuhkan untuk memperkaya manfaat aplikasi ini dengan data-data hasil riset yang melimpah. Secara bertahap akan terus bertambah fitur-fitur baru yang bisa meningkatkan kemampuan aplikasi Laut Nusantara,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Kelautan, Dr. I Nyoman Radiarta, menyampaikan, keberadaan fitur baru pendeteksi ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi merupakan terobosan dalam upaya meningkatkan pendapatan para nelayan. Mengubah paradigma nelayan dari mencari ikan menjadi menangkap ikan.

“Dalam aplikasi ini, informasi ditampilkan secara sederhana untuk membantu nelayan sehingga kegiatan penangkapan ikan dapat dilakukan secara efektif, efisien dan aman,” kata Nyoman.

Peneliti BROL, Eko Susilo menjelaskan, cara kerja fitur pendeteksi ikan-ikan tersebut adalah dengan mendeteksi lokasi daerah penangkapan ikan berdasarkan kesesuaian kondisi laut, yang menurut berbagai penelitian sebagai area tempat ikan berkumpul.

Kesesuaian tersebut didasarkan pada kriteria front suhu dan tingginya kesuburan perairan. Front suhu adalah daerah pertemuan antara massa air hangat dan dingin.

 Sedangkan kesuburan perairan yang tinggi berasosiasi dengan tersedia makanan ikan, berupa plankton, yang melimpah. Kedua kriteria tersebut dianalisis menggunakan data citra satelit.

Baca Juga: KPM Segera Cairkan BLT Dana Desa Rp300 Ribu Juli 2021, Berikut Syarat dan Cara Cek Penerima

Sedangkan untuk pelikan tuna dan cakalang, dihasilkan melalui pendekatan kesesuaian habitat ikan. Kriteria kesesuaian habitat ikan tersebut dianalisis menggunakan pemodelan numerik dan pendekatan statistik non-linear.


“Yang jelas, lokasi-lokasi keberadaan ikan Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore ditampilkan secara sederhana sehingga bisa dengan mudah digunakan oleh nelayan, ” papar Eko.

Ikan Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore tersebut memang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Dari data Pusat Informasi Pelabuhan Kementerian Kelautan dan Perikanan, harga Tuna Sirip Kuning di kisaran Rp 50.000/kg, Tuna Sirip Biru sekitar Rp. 100.000/kg, dan Albacore sekitar Rp 50.000/kg.

Sampai tingkat konsumen, harga jual bisa mencapai hingga 3 kali lipatnya. Sementara itu di pasar internasional, seekor tuna Bluefin harganya pernah menembus rekor dunia dengan harga Rp 25 miliar dengan bobot 276 kg.

Sebelumnya, aplikasi Laut Nusantara telah memiliki fitur pendeteksi ikan bernilai ekonomi tinggi lainnya yaitu Lemuru Bali, Tuna Mata Besar, dan Cakalang.

Ikan Tuna dan Ikan Cakalang punya nilai permintaan yang tinggi di Indonesia dan pasar Internasional.

Pada tahun 2017, Indonesia memasok lebih dari 16% produksi Tuna, Tongkol dan Cakalang dunia. Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, selama triwulan I 2021 komoditas Tuna, Tongkol, dan Cakalang (CTC).

Baca Juga: Siap-Siap Klaim BLT BPJS Ketenagakerjaan Termin 3 Rp1,2 Juta 2021, Ini Pendapat Menaker

Jenis ikan ini menempati primadona kedua untuk ekspor dengan nilai 228,55 juta dollar AS atau 13,08 dari total nilai ekspor sektor perikanan.

Hal ini menjadikan Tuna, Tongkol, dan Cakalang menjadi prioritas KKP. Sementara itu, Lemuru merupakan ikan khas/spesifik di selat Bali.

Sejauh ini sudah ada 55 ribu pengguna aktif aplikasi Laut Nusantara. Mayoritas pengguna merupakan masyarakat nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sosialisasi telah dilakukan bersama Balai Riset dan Observasi Laut maupun instansi lainnya seperti BAKAMLA dan Pemerintah Daerah.

Hingga saat ini ada lebih dari 5.000 nelayan yang telah menerima sosialisasi langsung. Mereka kemudian menginformasikan penggunaan aplikasi ini kepada para sejawatnya.

Hingga tahun 2020 lalu, XL Axiata dan BROL telah menjalin Kerjasama dengan sekitar 29 wilayah kabupaten/kota di berbagai provinsi untuk implementasi aplikasi Laut Nusantara.***

Editor: Hanif Nasution


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah