Pengamat Politik Turki: Ekspansi NATO Memaksa Rusia untuk Memulai Operasi Khusus di Ukraina

- 5 Maret 2022, 12:00 WIB
Ilustarasi Konflik Rusia vs Ukraina,
Ilustarasi Konflik Rusia vs Ukraina, /REUTERS/Marko Djurica

MEDIA PAKUAN - Operasi militer khusus Rusia dimulai hanya sehari 24 Februari 2022 sebelum Angkatan Bersenjata Ukraina dan batalyon nasionalis menyerang Donbass yang dijadwalkan pada 25 Februari 2022.

Mantan Perdana Menteri Ukraina Nikolay Azarov. Moskow mengetahui rencana ini dan membajak inisiatif strategis, tulis Azarov di akun Facebook-nya.

Hasan Erel, pengamat politik dan mantan editor di Turkish Radio and Television Corporation (TRT) mengatakan menjelang dimulainya operasi, media Barat mendorong narasi konsentrasi Angkatan Darat Rusia yang diduga tidak masuk akal di perbatasan dengan Ukraina.
 
 
Sementara itu sebelumnya, NATO, dengan dalih latihan, mengirim sejumlah besar pasukan ke perbatasan Rusia dari laut Baltik hingga ke Laut Hitam.

Latihan-latihan ini menjadi ancaman bagi Rusia. Sesaat sebelum dimulainya operasi khusus Rusia, Angkatan Darat Ukraina memulai menembakan artileri besar-besaran di Donbass.

Kampanye media Barat yang menuduh Rusia berencana menyerang dan menduduki Ukraina dimulai pada musim semi 2021. Pada April 2021, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengklaim jumlah pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina adalah yang tertinggi sejak 2014.
 

Pada November 2021, narasi pemberitaan kedua di Bloomberg mengklaim bahwa AS memiliki data intelijen atas rencana serangan Rusia terhadap Ukraina.

Dengan dalih invasi yang nyata, AS dan  NATO meningkatkan pengiriman senjata mematikan ke Ukraina, sementara ribuan tentara NATO dikirim ke negara-negara anggota NATO Eropa Timur untuk mencegah Rusia.

Dalam gambar yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Ukraina, tentara Ukraina menggunakan peluncur dengan rudal Javelin AS selama latihan militer di Wilayah Donetsk, Kamis, 23 Desember 2021.
 
 
Sementara itu, Angkatan Darat Ukraina mengumpulkan pasukan besar di sepanjang perbatasan  Donbass serta persenjataan berat yang dilarang berdasarkan perjanjian Minsk.
 
Pada 26 Oktober 2021, Angkatan Darat Ukraina menggunakan drone Bayraktar Turki untuk pertama kalinya melawan pasukan bela diri Donbass.
 
Pada Desember 2021, Kiev telah memusatkan sekitar 125.000 tentara di dekat Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, dan secara bertahap mengintensifkan penembakan di wilayah tersebut.
 

Sementara itu,  pada pertengahan Desember 2021 Rusia mengirim proposal perjanjian keamanan ke Washington dan NATO yang mempertimbangkan non-ekspansi aliansi, tidak masuknya Ukraina ke dalam blok militer, non-penempatan sistem senjata ofensif di dekat perbatasan Rusia, dan kembalinya kemampuan dan infrastruktur blok Eropa ke level 1997.
 
Moskow juga telah memperingatkan negara-negara Barat bahwa jika proposalnya ditolak, opsi teknis militer juga akan ditempuh.

Namun, proposal keamanan utama Rusia ditolak oleh AS, NATO, dan Uni Eropa pada akhir Januari 2022.
 
 
"Barat menolak memberikan jaminan tertulis kepada Rusia bahwa Ukraina dan Georgia tidak akan diterima di NATO", kata Hasan Erel.
 
Selain itu, sistem rudal berat sebelumnya dikerahkan di wilayah Polandia, Rumania, Yunani, dan negara-negara Baltik. Dengan demikian, ekspansi NATO yang sekaligus pengepungan Rusia  memasuki tahap di Ukraina, yang tidak dapat diterima Moskow.
 
Jika Ukraina menjadi anggota NATO, Rusia akan berhadapan langsung dengan ancaman rudal dari aliansi. Selain itu, proses negosiasi Minsk sebenarnya dibekukan oleh pihak Ukraina. Akibatnya, Rusia terpaksa meluncurkan operasi khusus di Ukraina.*** 

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Sputnik News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x