Benarkah Saat Ini Pendidikan di Indonesia dalam Keadaan Darurat ?

- 19 Desember 2021, 11:34 WIB
Ilustarasi Pendidikan
Ilustarasi Pendidikan /Pixabay/lil_foot_
 
MEDIA PAKUAN  -  Tahun 2021 ini, Indonesia amat membutuhkan revolusi pendidikan. Sistem pendidikan yang terpuruk jatuh, sekolah yang berantakan dipadu dengan tidak adanya filsafat pendidikan yang kokoh.

Hal tersebut disampaikan oleh Reza A.A Wattimena, Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur.

Menurutnya ada 6 hal yang mempengaruhi sistem pendidikan di indonesia dalam keadaan yang sangat buruk:
 

Pendidikan yang membunuh pertanyaan. Sikap kritis dianggap pemberontakan yang mesti dibasmi sampai ke akar. Sikap kreatif dianggap menentang tradisi lama yang sudah membusuk.

Pendidikan berisi hafalan buta. Berbagai hal mesti dihafal, tanpa ada dasar yang masuk akal. Peserta didik pun mengalami stress dan menderita di dalam belajar. Para guru hanya secara buta patuh pada kebijakan pemerintah yang merusak.

Pendidikan kita menekankan kepatuhan buta. Perintah guru harus diikuti, tanpa tanya. Jika ada pertanyaan terhadap keinginan guru, maka cap pemberontak dan hukuman sudah menanti. Pendidikan justru mematikan daya belajar dan semangat hidup para peserta didik.
 

Pendidikan kita diracuni radikalisme agama. Ajaran agama kematian dijadikan kurikulum wajib pendidikan di banyak tempat di Indonesia. Ajaran agama kematian ini menindas perempuan, merusak budaya setempat dan mengganggu kedamaian hidup bersama. 
Pendidikan yang berpijak pada Pancasila hanya slogan kosong, tanpa arti.

Pendidikan Indonesia penuh dengan aturan dan birokrasi tak bermakna. Guru sibuk urusan administratif. Dosen dibebani dengan berbagai tugas birokrasi yang tak berguna. Proses pendidikan pun tak berlangsung. Yang ada hanya proses cuci otak yang menyiksa para peserta didik.

Pendidikan di Indonesia mengalami krisis kepemimpinan. Menteri dan pejabat pendidikan seolah tak bekerja sama sekali. Tidak hanya itu, ada kesan, bahwa mereka justru memperumit semua hal. Seluruh proses pendidikan di Indonesia menjadi kacau balau, kehilangan arah dan amat menyiksa semua pihak.
 

Reza menambahkan minat membaca buku-buku bermutu melemah, nyaris tak ada. Buku bermutu adalah buku yang menyediakan informasi yang akurat, mudah dimengerti, merangsang pemikiran kritis, pertanyaan dan dorongan untuk belajar lebih jauh. Buku-buku semacam itu semakin sedikit di Indonesia.

Yang tersisa adalah novel fiksi yang membakar emosi, sekaligus melemahkan daya pikir. Yang tersebar luas hanyalah buku-buku religi yang menumpulkan akal sehat, pemikiran kritis serta mengembangkan radikalisme. Bangsa kita semakin gampang diadu domba. Kita menjadi semakin bodoh.

Karena bodoh, kita gampang diperdaya oleh bangsa lain. Sumber daya alam kita diambil. Hutan kita dibabat. Manusia-manusia yang bermutu ditarik untuk bekerja di luar negeri. 
 
 
Di Indonesia, kita semakin sibuk dengan isu-isu dangkal, seperti cara berpakaian perempuan, poligami dan gosip artis. Kita pun semakin miskin secara keseluruhan.

Darurat Revolusi Pendidikan

Kita sangat membutuhkan revolusi pendidikan sekarang ini. Ada tujuh hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kita perlu membangun pendidikan organik. Ini adalah pendidikan yang berakar pada budaya dan kehidupan secara keseluruhan. 

1. Pendidikan organik harus bergandengan dengan pendidikan yang membebaskan. 
 
 
2. pendidikan juga harus mengembangkan keterampilan mencari memperoleh penghasilan dan bertahan hidup.
 
3. Semua ini harus dibarengi dengan pendidikan teknologi yang amat dibutuhkan sekarang ini.

4. Pendidikan moral tidak boleh diikuti dengan kemunafikan. 

5. Pendidikan organik yang membebaskan juga mengajarkan kepedulian sosial. 

Reza menutup bahwa Inndonesia harus melakukan revolusi pendidikan sampai ke akar. ***

Editor: Adi Ramadhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x