Musibah dan Bencana yang Menimpa, Ujian atau Azab? Simak Penjelasannya Berikut Ini

14 Januari 2022, 09:15 WIB
Ilustarasi musibah. /Pixabay/WikiImages
 
MEDIA PAKUAN - Bencana atau musibah adakalanya ujian dan adakalanya merupakan azab yang disegerakan di dunia.
 
Dari mana kita mengetahui bahwa sebuah bencana dan musibah adalah ujian ataukah azab?
 
Apabila musibah itu ditimpakan kepada orang-orang shalih yang taat kepada Allah ta’ala maka ia adalah ujian yang meninggikan derajat mereka dan melipatgandakan pahala mereka di akhirat.
 
Baca Juga: Polisi Gagalkan Penyeludupan Rokok Ilegal di Jabodetabek
 
Musibah yang berupa ujian ini ditimpakan oleh Allah kepada orang-orang yang dikehendaki kebaikan pada dirinya, seperti para nabi, para wali, para ulama yang mengamalkan ilmunya dan orang-orang shalih lainnya.
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
 
Baca Juga: Arema Rebut Puncak Klasemen Liga 1 Usai Taklukan PSS Sleman dan Persib Bandung Kalah
 
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al-Bukhari).
 
Penjelasan pertama, bagi seorang Mukmin, musibah yang menimpanya, baik musibah itu ujian ataupun azab, adalah kebaikan baginya apabila dihadapi dengan sabar dan ridha. Jika berupa ujian maka musibah itu akan meninggikan derajatnya dan melipatgandakan pahalanya di akhirat. 
 
Dan jika berupa azab maka azab di dunia itu akan menggugurkan azab baginya di akhirat kelak. Dan hal itu lebih baik baginya. Karena azab di akhirat jauh lebih berat dan lebih pedih dibandingkan azab dunia.
 
Baca Juga: Robert Alberts Dihujat setelah Persib Bandung Kalah dari Bali United
 
Kedua, sedangkan bagi orang kafir, bencana dan musibah apa pun yang menimpanya di dunia tidaklah bermanfaat sama sekali baginya di akhirat.
 
Ketiga, jika seseorang mulai berbuat taat dan mulai meninggalkan hal-hal yang diharamkan lalu ditimpa berbagai musibah maka itu adalah ujian baginya.
 
Apakah ia akan terus melanjutkan ketaatan ataukah ia kendor semangat lalu meninggalkan ketaatan itu.
 
Baca Juga: Persib Bandung Ditumbangkan Bali United, Robert Alberts Dirumorkan Hengkang?
 
Keempat, jika seseorang ditimpa musibah dan bencana setelah ia berbuat maksiat dan dosa maka yang semestinya dia lakukan adalah menyegerakan tobat dengan sungguh-sungguh dari semua dosa yang pernah ia lakukan. Baginda Nabi bersabda:
 
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالطَّبَرَانِيُّ وَغَيْرُهُمَا)
 
“Seseorang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa” (HR Ibnu Majah, ath-Thabarani dan lain-lain).
 
Kelimanya, kemungkaran jika sudah merajalela dan tidak ada satu pun yang berupaya mencegahnya maka tunggulah saatnya Allah akan menurunkan azab kepada semuanya. Yang shalih maupun yang fasik, semuanya terkena azab.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler