Network
MEDIA PAKUAN - Dahulu kala di Hadhramaut, negeri asal para Walisongo, tinggallah seorang Habib yang setiap akhir malam selalu mandi. Suatu malam, salah seorang pelayan beliau meletakkan kuah yang panas di dalam bejana yang biasa beliau pakai untuk mandi di kamar mandi.
Sebagaimana yang menjadi kebiasaannya, di akhir malam sang habib berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Karena kamar mandi dalam keadaan yang gelap, hanya diterangi oleh cahaya lentera kecil, maka ketika melihat bejana tersebut, sang Habib menyangka bejana tersebut berisi air.
Beliau pun memasukkan gayung ke dalamnya dan menyiramkannya ke tubuhnya, seketika itu juga tubuh yang terkena kuah panas itu pun melepuh. Kendati demikian beliau tidak pernah menanyakan siapa yang telah meletakkan kuah panas di dalam bejana yang biasa beliau gunakan untuk mandi tersebut serta tidak pula menegur siapapun.
Ketika si pelayan mengetahui apa yang terjadi, ia pun merasa sangat menyesal dan khawatir. Ia segera mendatangi sang Habib dan meminta maaf kepadanya. Betapa terkejutnya ia, karena sang Habib sedikit pun tidak marah kepadanya, bahkan menenangkannya.
Dengan senyum yang ikhlas, sang Habib berkata, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Jangan menjadi beban pikiranmu."
Inilah arti kesabaran yang sesungguhnya, sabar pada pukulan pertama.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ اْلأُوْلَى
Sesungguhnya sabar itu adalah pada pukulan pertama.
