Kedua, orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah Swt. dan doa para malaikat. Rasulullah saw. bersabda,
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: السحورُ بركَةٌ فَلاَ تدَعوُه - أي: لا تَتْرُكُوه - وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُم جرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإَنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ على المُتسحِّرينَ. (رواه أحمد)
Artinya, Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, sesungguhnya Nabi saw. bersabda “Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walaupun dengan seteguk air karena Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada orang yang sedang makan sahur”. (HR. Imam Ahmad)
Ketiga, makanan yang dimakan di waktu sahur tidak akan dihisab. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا يُحَاسَبُ عَلَيْهَا العَبْدُ أَكَلَةُ السَّحُوْرِ وَمَا أَفْطَرَ عَلَيْهِ وَالأَكْلُ مَعَ الإِخْوَانِ
Artinya “Ada tiga hal (makanan) di mana seorang hamba tidak akan dihisab oleh Allah swt. yaitu makanan sahur, makanan saat berpuasa, dan makanan yang dinikmati bersama saudara-saudara yang lain.” (HR. al-Azdra’i)
Lantas mengapa makan di waktu sahur oleh para ulama sunah diakhirkan?
Dalam hal ini, Imam Izzuddin bin Abdissalam (w. 660 H) dalam kitabnya Mashid al-Shaum menyatakan agar seseorang yang sedang menikmati kebahagiaan, beserta dapat meningkatkan amal dikala menjalankan ibadah puasa.
Demikian, hikmah yang terkandung dibalik anjuran makan sahur bagi orang-orang yang dapat membaca tulisan penulis dalam tulisan pendek ini. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.***