Kondisi kejiwaan ini pertama kali diidentifikasi oleh Profesor Eliezer Somer dari University of Haifa di Israel.
Pada tahap awal, dampak sering melamun ini mungkin tidak terlalu terasa.
Baca Juga: Sean Hannity Sebut Joe Biden Coreng AS di Afganistan, Amerika Disandera Taliban
Namun dikhawatirkan, jika dilakukan dalam jangka waktu lama, orang tersebut akan mengembangkan perilaku yang lebih parah.
Efek buruknya, ia tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang hanya imajinasi.
Selain itu, kehidupan sehari-hari bisa jadi berantakan, dan perhatian kepada orang di sekitar pun jadi berkurang.
Alhasil, itu justru semakin memperburuk realitas atau kenyataan yang sudah ada. Ujung-ujungnya, ia bisa mengalami depresi dan gangguan mental lain.
Meski bukan termasuk bagian dari gangguan kejiwaan secara resmi, para ahli setuju kondisi ini bisa menimbulkan gangguan dan efek nyata pada kehidupan sehari-hari bagi penderitanya.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 5 September 2021: Semakin Panik, Aldebaran Kerahkan Mantan Pidana
Maka dari itu, bagi setiap orang yang 'dirasa' mengalami kondisi seperti ini, diharapkan untuk selalu dipantau aktifitasnya. Supaya ketika mereka mulai kumat, bisa segera disadarkan.