Sepengal Cerita Masa Lalu Pangandaran

2 Agustus 2020, 19:38 WIB
Situasi obyek wisata pantai Pangandaran khususnya di pantai pasir putih pada liburan Hari Raya Idul Adha,wisatawan cukup memadati lokasi wisata sejak Jumat, 31 Juli 2020 sore: Setelah lakukan pengamatan, DPRD Pangandaran menilai bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam pencegahan Covid-19 di kawasan wisata melemah. /Pikiran-rakyat.com/Muslih Suprianto/

 

MEDIA PAKUAN-Pada awalnya Desa Pananjung Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari suku sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang memudahkan untuk mencari ikan.

Baca Juga: Pantai Pangandaran di Padati Pengunjung

Di sinilah para nelayan menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu yang dalam bahasa sundanya disebut andar. Setelah beberapa lama kemudian banyaklah yang berdatangan ke tempat ini hingga menetapkan tinggal di Pangandaran , lalu menjadilah sebuah perkampungan yang disebut atau di beri nama Pangandaran.

Pangandaran berasal dari dua buah kata pangan dan daran yang artinya pangan adalah makanan dan daran adalah pendatang. Jadi Pangandaran artinya sumber makanan para pendatang.

Baca Juga: Tiga ABG Asal Sukabumi Jadi Korban 'Hipnotis Masker'

Awalnya, kawasan pantai Pangandaran ini dihuni penduduk asli setempat yang mayoritas penduduk suku sunda. Setelah banyak nelayan dari daerah lain, terutama dari daerah Jawa Tengah, mereka singgah dan akhirnya menetap di Pangandaran, mulailah penduduk di daerah ini berbaur menjadi heterogen.

Alasan banyaknya warga suku jawa dari daerah Jawa Tengah memutuskan bertransmigrasi ke Pangandaran, karena di daerah ini sangat melimpah sumber daya alamnya. Disampaing itu, karena gelombang ombak yang tampak landai, akibat pantainya berbentuk tanjung, membuat nelayan mudah menangkap ikan dengan hasil tangkapan melimpah.

Baca Juga: Viral Min Seo Pria yang Mirip Park Bo Gum Mendapat Hujatan Netizen

Tanjung ini terbentuk akibat terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut. Daratan ini sekarang disebut kawasan Cagar Alam Pangandaran.

Nama Pananjung ini pun sempat dipakai sebagai nama kerajaan yang berdiri di kawasan pantai Pangandaran. Kerajaan ini berdiri sejaman dengan kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di Putrapinggan, Kecamatan Kalipucang atau sekitar abad 14 Masehi atau setelah munculnya kerajaan Padjadjaran di Pakuan Bogor.

Nama raja Pananjung ini Prabu Anggalarang. Raja ini menurut cerita masih keturunan Prabu Haur Kuning atau raja pertama kerajaan Galuh Pagauban.

Baca Juga: Sempat Terjadi Kejar Kejaran, Petugas Beri Tilang.

Namun, Kerajaan Pananjung selama berdiri tidak sempat mengalami puncak kejayaan. Karena kerajaan ini akhirnya hancur setelah terjadi peperangan dengan para Bajo (Bajak Laut). Saat itu para Bajo memaksa untuk membeli hasil bumi yang dimiliki rakyat Kerajaan Pananjung.

Usai peperangan, kerajaan ini hancur dan pemerintahan dikendalikan oleh para Bajo.Tepatnya sekitar tahun 1922, Presiden Wilayah Priangan era pemerintahan Hindia Belanda, Y. Everen, menyulap daerah Pananjung ini menjadi sebuah taman.

Baca Juga: Diduga Terjerat Kasus Pelecehan Seksual, Ghislaine Maxwell Ditangkap Kepolisian

 

Saat itu dia melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa untuk berhabitat di kawasan tersebut. Kawasan hutan itu pun berubah menjadi taman konservasi yang dilindungi.

Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Pangandaran, Yana Hendrayana menjelaskan, setelah di kawasan taman Cagar Alam Pananjung terdapat keanekaragaman satwa dan jenis–jenis tanaman langka, pada tahun 1934, kawasan ini kemudian ditetapkan sebagai suaka alam marga satwa. Hutan ini memiliki luas 530 Ha.

Baca Juga: Awal Pekan DKI Berlakukan Ganjil Genap, Cuma 13 Kendaraan Ini yang Terbebas Aturan

Dengan meningkatnya hubungan masyarakat akan tempat rekreasi maka pada tahun 1978 sebagian kawasan tersebut seluas 37, 70 Ha dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitarnya sebagai cagar alam laut (470,0 Ha) sehingga luas kawasan pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000,0 Ha.

Baca Juga: Menebarkan Bau Tengik, Bangkai Mahluk Diduga 'Alien' Ditemukan di Inggris

Perkembangan selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 104?KPTS-II?1993 pengusahaan wisata TWA Pananjung Pangandaran diserahkan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam kepada Perum Perhutani dalam pengawasan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Ciamis, bagian Kemangkuan Hutan Pangandaran.***

Editor: Ahmad R

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler