Ponpes Dzikir Al Fath Inovasikan Seni Budaya untuk Kesejahteraan Masyarakat

- 1 Februari 2024, 23:50 WIB
Pertunjukan kesenian Boles di Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi.
Pertunjukan kesenian Boles di Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi. /Manaf Muhammad/




MEDIA PAKUAN - Seni budaya menjadi fokus pelajaran yang diberikan kepada santri di Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi. Mulai dari seni budaya Sunda seperti pencak silat, Ngagotong Lisung, hingga main Boles (bola tangan api).

Termasuk dengan keberadaan Museum Prabu Siliwangi di lingkungan pesantren tersebut bertujuan untuk menyimpan bukti-bukti kebudayaan pada masa lampau.

Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath KH Fajar Laksana mengatakan, nilai-nilai kebudayaan yang dilestarikan di pesantren diharapkan dapat membentuk generasi penerus yang memiliki karakter dan jati diri.

"Kita melakukan seminar bersama kepala balai dalam rangka memperkenalkan nilai nilai budaya yang membentuk karakter daripada pendidikan khususnya di Pondok Pesantren Dzikir Al Fath yaitu melalui nilai nilai yang baik dari pencak silat, Ngagotong Lisung dan Boles. Kemudian diangkat itu menjadi suatu kearifan lokal yang membentuk karakter manusia yang memiliki nilai-nilai agama keimanan dan ketaqwaan juga nilai-nilai jati diri sebagai bangsa dan negara khususnya dari daerah Sunda," katanya usai seminar pendidikan dan kebudayaan bersama Balai Pelestarian Nilai Budaya Wilayah IX Provinsi Jawa Barat di Ponpes Dzikir Al Fath Kelurahan Karang Tengah Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi, Kamis 1 Februari 2024.

Baca Juga: Simbol Persatuan, Kata Pendekar Sepuh Jawa Barat Soal Usulan Hari Pencak Silat Nasional

Dia mengatakan, seni budaya saat ini harus bisa dikembangkan dengan sentuhan inovasi dan kreativitas supaya bisa mensejahterakan masyarakat terutama pelaku seni budaya. Sebab, menurutnya pelestarian dan pemeliharaan seni budaya harus dibarengi dengan adanya produk dari seni budaya itu sendiri.

Dia mencontohkan seperti halnya seni budaya di Ponpes Dzikir Al Fath yakni jurus pencak silat Golok Kala Petok. Jurus tersebut merupakan khas aliran Sang Maung Bodas yang telah ada sejak zaman dahulu. Bukti sejarah berupa pusaka Golok Kala Petok beserta manuskripnya disimpan di Museum Prabu Siliwangi. 

Kemudian replika senjatanya diproduksi sebagai produk ekonomi kreatif. Sedangkan jurusnya dilestarikan dan diajarkan kepada para pesilat. Pertunjukan jurus tersebut juga bisa ditampilkan pada acara atau festival yang nantinya bisa menjadi sumber penghasilan bagi pelaku seni budaya.

"Jadi sampai saat ini seni budaya ini baru sampai tingkatan pemeliharaan pelestarian. Cuma pengembangan dari seni budaya ini masih kurang. Itu adalah bagaimana nilai-nilai seni budaya ini bisa mensejahterakan. Seperti halnya museum bukan hanya sebagai call center pusat budaya, tapi harus berubah menjadi wahana wisata yang memiliki pendapatan penerimaan," ujarnya.

Halaman:

Editor: Manaf Muhammad


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x