MEDIA PAKUAN - Masyarakat pasundan dan Jawa Barat, memiliki obsesi dan harapan terkait Orang Sunda menjadi calon Presiden mendatang.
Nurut sejarah tokoh bangsa Orang Sunda pernah menjadi
orang nomer satu di Indonesia.
Baca Juga: Anies Baswedan, PSBB di Jakarta Mulai Diberlakukan Senin Depan
Namun keberadaan dari sosok Presiden RI ini terkesan terlupakan, bahkan mungkin rakyat Indonesia umumnya dan
orang Sunda saat ini tidak tahu bahkan tidak mengenal sosok Presiden pertama sebelum Sukarno.
Baca Juga: Mudah Bagi Kita Sekarang Untuk Ubah Jadwal Tiket Kereta Api
Selain tujuh presiden yang dikenal masyarakat, sebenarnya ada dua nama yang hingga kini statusnya masih pro kontra.
Mereka adalah Syafruddin Prawiranegara dan Assaat.Sjafruddin memiliki nama kecil "Kuding", yang berasal dari kata Syafruddin PrawiranegaraUdin pada nama Sjafruddin.
Ia memiliki darah keturunan Banten dari pihak ayah dan Minangkabau dari pihak ibu.
Baca Juga: Pemkot Sukabumi Dorong Wirausaha Baru, Seiring Bekerja ke Luar Negeri Tertutup
Saat Agresi Militer Belanda II dan terjadi serangan di Yogyakarta, Sukarno, Hatta dan sejumlah tokoh penting lainnya ditangkap dan diasingkan ke Bangka.
Syafruddin Prawiranegara yang saat itu berada di Bukittinggi, Sumatera Barat, mendapat mandat dari Sukarno untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia atau PDRI.
Baca Juga: Uji Coba Vaksin Corona, Relawan Inggris Terkena Penyakit Misterius
Pada 22 Desember 1948, PDRI pun resmi dibentuk dengan Syafruddin sebagai ketuanya. Syafruddin memimpin PDRI hingga 13 Juli 1949 dan menyerahkan mandat kembali ke Sukarno.
Setelah Konferensi Meja Bundar, sistem pemerintahan Indonesia berubah menjadi sistem federasi.
Baca Juga: Sepuluh Pemimpin ASEAN Adakan Pertemuan Ketegangan AS dan Tiongkok
Sukarno yang kala itu menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) menunjuk Assaat sebagai acting presiden Republik Indonesia, salah satu negara bagian RIS.
Assaat menjadi acting presiden RI hingga 15 Agustus 1950.
Baca Juga: Sepuluh Pemimpin ASEAN Adakan Pertemuan Ketegangan AS dan Tiongkok
Jejak jasa dan sumbangsih Sjafruddin dalam mengawal tegaknya NKRI seakan terkikis nyaris habis, justru setelah Indonesia benar-benar menjadi negara berdaulat.
Citranya pun merosot drastis, dari penyelamat negara menjadi lekat dengan cap sebagai pemberontak.
Baca Juga: Ahli Virologi Jerman Christian Drosten, Karantina Covid-19 Cukup Lima Hari
Mr Sjafruddin Prawiranegara meninggal dunia di Jakarta tanggal 15 Februari 1989.
Seakan lupa, pemerintah Republik Indonesia baru memberikan gelar pahlawan nasional pada 7 November 2011.***