MEDIA PAKUAN - Pengendalian penyakit Tuberkulosis (TBC) termasuk satu dari lima
prioritas kesehatan nasional.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, estimasi kasus TBC pada tahun 2021 berjumlah 969.000 kasus TBC.
Namun baru 443.235 kasus TBC yang
ditemukan dengan jumlah kematian sebanyak 15.186 kasus.
Baca Juga: Ungkap Kekuatan Dua Kubu, Mampukah PSIS Semarang Menahan Bali United Di Pekan Ke 17 Ini?
Dari jumlah kasus tersebut, penularan penyakit TBC mayoritas ditemukan pada kelompok usia produktif.
Penularan penyakit TBC juga dipengaruhi oleh faktor sosial. Seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol (WHO, 2020).
Di Kabupaten Bantul, Januari sampai November 2022 lalu tercatat ada 1.216 kasus. TBC yang ditemukan di seluruh fasilitas
kesehatan di Kabupaten Bantul.
619 diantaranya adalah kasus TBC anak dan 12 kasus pasien TBC Resisten Obat. Jumlah tersebut masih 50% dari estimasi 2.431 kasus TBC di Kabupaten Bantul.
Artinya masih banyak orang dengan TBC yang masih belum ditemukan dan diobati. Selain itu, masih banyaknya estimasi orang dengan TBC yang belum ditemukan.
Sedangkan angka pasien yang putus berobat TBC di Kabupaten Bantul juga cukup tinggi yaitu sebesar 3,93% dari jumlah pasien yang diobati tahun 2021.
Pasien yang tidak menjalani pengobatan sampai tuntas dikhawatirkan akan membuat pasien terkena TBC Resisten Obat.
Oleh karena itu pendampingan bagi pasien TBC agar dapat menjalani pengobatan sampai tuntas sangat dibutuhkan.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk menekan angka penularan penyakit TBC di Kabupaten Bantul.
Salah satunya adalah memberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi kontak erat
pasien TBC, menguatkan jejaring internal dan eksternal fasilitas kesehatan.
Serta kolaborasi multi sector melalui pendekatan District based Public Private Mix (DPPM).
Melalui pendekatan DPPM, Dinas Kesehatan Bantul, fasilitas kesehatan, dan Komunitas saling berkolaborasi untuk meningkatkan angka penemuan kasus TBC.
Serta memastikan pasien mendapatkan pengobatan sesuai standar dan berpusat
pada pasien.
SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul sebagai TBC Komunitas melakukan peranannya dalam penemuan kasus TBC melalui kegiatan Investigasi Kontak (tracing).
Sosialisasi TBC ke masyarakat, mendorong pemberian TPT pada kontak erat pasien
TBC, pelacakan dan edukasi pasien TBC putus berobat.
Serta pendampingan pasien TBC. Harapannya dengan adanya upaya kolaborasi tersebut dapat meningkatkan penanggulangan TBC di
Kabupaten Bantul.***