Kepala Bidang Upaya dan Pembiayaan Kesehatan (Kabid-UPK), Masykur Alawi, mengatakan pihaknya terus mengoptimalkan kerjasama dengan kooordinasi intensif baik antara lintas profesi seperti, Tim DPPM dan asosiasi fasyankes.
" Koordinasi yang baik tentunya sangat membantu untuk menjaring suspek TBC, Suspek MDR, dan meningkatkan angka kesembuhan pasien TBC," ungkapnya.
Menurut Masykur Alawi, untuk menunjang keberhasilan program ini, setidaknya ada 2 hal yang sangat penting untuk dipenuhi.
" Mencurahkan perhatian untuk fokus terhadap keberhasilan tujuan program ini, dan harus ditunjang dengan logistik yang memadai, seperti ketersedian obat anti TBC dan lainnya," katanya.
"Terkadang suplai obat-obatan dari program Provinsi, terlambat dalam proses pengirimannya ke Dinas Kesehatan di Kabupaten," keluhnya.
Masykur mengungkapkan bahwa masih banyak kasus TBC yang belum terungkap, pasien TBC secara umum memiliki kendala kurangnya sosialisasi dengan Puskesmas atau Jejaring seperti klinik dan DPM.
Masih kurangnya pemahaman terkait alur rujukan BPJS dan kurangnya pemahaman terhadap prosedur dan mengenai alur rujukan pasien TBC untuk pemeriksaan TCM.
Disisi lain kemampuan petugas klinik masih kurang, karena belum adanya pelatihan khusus untuk jejaring dalam penanganan pemeriksaan dan rujukan pasien TBC.
Sementara untuk keberhasilan program TBC di Kabupaten Sukabumi diantaranya berkurangnya jumlah MDR atau multidrug-resistant tuberculosis, dengan tingkat kesembuhan mencapai 80% dari target 85%. MDR adalah jenis tuberkulosis yang kebal terhadap 2 obat antituberkulosis paling kuat, yaitu isoniazid dan rifampisin.
Tindakan follow up yang berkelanjutan terhadap pasien terus dilakukan, seperti pada pasien yang telah menjalani pengobatan selama 2 bulan, di cek dahak dengan TCM, baik dengan berdahak langsung ataupun dengan diinduksi.