Pemerintah Sebut Munarman Teroris, Fadli Zon, Refly Harun: Indek Demokrasi Indonesia Tidak Baik

- 28 April 2021, 14:24 WIB
Tim Densus 88 Antiteror menggeledah tempat tersebut pascapenangkapan mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman terkait kasus dugaan tindak pidana terorisme.  Densus 88 menangkap Munarman di Pondok Cabe pada Selasa, 27 April 2021, namun tim kuasa hukum menyebut tak bisa menemui kliennya.
Tim Densus 88 Antiteror menggeledah tempat tersebut pascapenangkapan mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman terkait kasus dugaan tindak pidana terorisme. Densus 88 menangkap Munarman di Pondok Cabe pada Selasa, 27 April 2021, namun tim kuasa hukum menyebut tak bisa menemui kliennya. /Antara/Aprillio Akbar/

MEDIA PAKUAN - Penangkapan eks sekertaris FPI Munarman oleh Densus 88 Antiteror pada Selasa, 27 April 2021 sore WIB.

Menjadi sorotan publik terutama para tokoh publik ditanah air. Tak terkecuali Fadli Zon dan Refly Harun menyorot atas penangkapan Mumarman Densus 88.

Harun mengaku tidak percaya apabila Munarman adalah seorang teroris. Dikatakan Harun apabila kata tersebut definisikan dengan makna sebenarnya yakni orang yang melakukan teror.

Pernyataan tersebut disampaikan Refly Harun dalam video berjudul "Live! Munarman Teroris? Fadli Zon: Tuduhan Kurang Kerjaan!" yang tayang lewat saluran YouTube miliknya, Rabu 28 April 2021

Baca Juga: Gara-gara Seminar Munarman Diringkus Densus 88 Dikediamanya Tangerang Selatan

Refly mengatakan bahwa wakil rakyat memang harus berani untuk bersuara terhadap perilaku kekuasaan.

Sementara Fadli Zon menyatakan bahwa tuduhan yang dilayangkan ke Munarman itu kurang kerjaan.

“Kali ini ada pernyataan dari Fadli Zon, Fadli Zon termasuk anggota DPR yang berani bersuara nyaring terhadap perilaku kekuasaan, penegak hukum karena (memang) harus begitu, yang namanya wakil rakyat, walaupun dia juga diserang,” kata Refly dilansir melalui Youtube Refly Harun. seperti dikutip Galajabar.

Meski begitu, Harun mengatakan dia tidak menyangkal kalau Munarman punya pikiran yang kritis terhadap penguasa, khususnya pemerintah.

Baca Juga: Takut Diserang China Karena Alasan Ini, Australia Gelar Latihan Perang dengan AS

“Tetapi kalau kritis terhadap pemerintahan, iya, karena itulah dia (Munarman) kemudian bergabung dengan FPI dan berani berkata keras, karena dia punya latar belakang hukum,” ujarnya.

lanjut harun, Jangan sampai negeri ini tidak bisa membedakan antara orang kritis dan orang yang berbuat tindak pidana. Ahli hukum tata negara ini juga mengaku makin khawatir dengan demokrasi negeri ini.

“Saya terus terang makin khawatir dengan perkembangan demokrasi di negeri ini, apalagi kita tau bahwa indeks demokrasi kita angkanya tidak baik,” tandas Refly.

Baca Juga: Balas Dendam Polri! Lima KKB Tewas Tertembus Peluru Satgas Nemangkawi

Kata Refly ini bukan soal percaya atau tidak percaya namun aneh jika Munarman dianggap sebagai teroris.Ahli hukum ini juga memaparkan fenomena saat ini jika ada siapapun yang mempermasalahkan soal Munarman atau Habib Rizieq Shihab (HRS) pasti akan diserang oleh pendukung kekuasaan.

“Jadi fenomena sekarang adalah siapapun yang mempermasalahkan katakanlah penangkapan Munarman atau masalah sidang HRS, itu pasti ditimpa (diserang) oleh pendukung kekuasaan atau istana,” ungkapnya.

"Saya terus terang makin khawatir dengan perkembangan demokrasi negeri ini, apalagi Indek Demokrasi Indonesia tidak baik. Itu memberikan pelajaran agar betul-betul mengisi, mempertahankan demokrasi dan tidak diisi dengan lelucon hukum seperti misal masalah Jumhur Hidayat, Syahganda Nainggolan, Habib Rizieq, sekarang Munarman," tambahnya.

Baca Juga: Subhanallah! Fenomena Awan Menyerupai Nanggala 402 di Pantai Sanur, Terekam Video Gemparkan Warganet

Lebih lanjut Refly Harun mengatakan pihaknya bukan percaya dengan pihak kepolisian yang memang berwenang untuk menindaklajuti apabila ada kasus hukum.

"Tetapi soal bagaimana konstruksi hukumnya sehingga seorang Munarman yang berkeliaran di mana-mana, membela HRS, dan lainnya tiba-tiba dianggap seorang teroris,” terangnya.

Refly bingung karena semakin hari kita selalu disajikan fakta yang sulit diterima logika.

“Kita mencita-citakan negara yang mencerdaskan tapi justru rasanya makin hari kok yang disajikan kepada kita fakta-fakta yang sangat sulit diterima oleh logika,” ujar dia.***

 

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x