Waspada! Potensi Erupsi Gunung Ili Lewotolok Tinggi, BPBD Lakukan Evakuasi Ribuan Warga Sekitar

- 30 November 2020, 14:19 WIB
Ilustrasi gunung meletus.
Ilustrasi gunung meletus. /PIXABAY/Natalia_Kollegova

Gunung Ili Lewotolok mengalami erupsi yang menyebabkan hujan abu dan kerikil mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur ESDM, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana, menyampaikan, warga secara mandiri melakukan evakuasi ke Lewoleba untuk menghindari hujan abu.

Aktivitas erupsi Gunung Ili Lewotolok, di Kabupaten Lembata, NTT, terjadi sejak Jumat, 27 November 2020 kemarin.

"Ya, erupsi saat ini ketinggiannya 4.000 meter di atas puncak, lebih tinggi dari sebelumnya. Aktivitas magmatik masih tinggi di Lewotolok. Hujan abu terjadi, utamanya di sektor barat hingga selatan gunung api," kata Devy Minggu, 29 November 2020 disadur dari Antaranews.com.

Baca Juga: 136 Tahun Meletus Gunung Krakatau 27 Agustus 1883 – 27 Agustus 2020.

Dia mengatakan, untuk saat ini ancaman bahaya utamanya berupa jatuhan material vulkanik, mulai dari ukuran kerikil hingga abu.

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker dan sementara waktu keluar dari radius bahaya Gunung Lewotolok tersebut.

“Saat ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sedang menyiapkan evaluasi terbaru yang kemungkinan akan dirilis beberapa waktu ke depan,” kata Devy.

Gunung Ili Lewotolok atau Ile Ape ini merupakan jenis gunung berapi stratovolcano yang terletak di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT.

Tingginya 1.423 meter dari permukaan laut (mdpl). Sejak 7 Oktober 2017 lalu gunung ini dinaikkan statusnya menjadi waspada karena ada peningkatan kegempaan.

Namun, setelah meningkat signifikan, erupsi tidak terjadi karena tekanannya belum cukup.

Baca Juga: Gunung Sinabung Meletus Lagi, Abu Pekat Hingga Setinggi 7 Kilometer

"Nah, seiring waktu tekanannya terus terakumulasi dan sekarang sudah cukup untuk erupsi," katanya menjelaskan.

Sejarah letusan Gunung Lewotolok tercatat sejak tahun 1660 kemudian tahun 1819, dan 1849. Selanjutnya pada tahun 1939 dan 1951 terjadi kenaikan aktivitas vulkanik Gunung Lewotolok.

Letusan Gunung Lewotolok yaitu berupa lontaran lava pijar, abu, awan panas dan embusan gas beracun.

 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikan status aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok dari yang awalnya level II 'Waspada' menjadi level III 'Siaga'.

"Iya benar, pihak Vulkanologi sudah menaikan status gunung ini dari semula waspada menjadi siaga sejak pukul 13.00 wita siang tadi karena erupsi gunungnya sampai mengeluarkan batu-batu atau lava pijar," kata Kepala Pelaksana BPBD Lembata Kanis Making saat dihubungi dari Kupang, Minggu malam.

 

Baca Juga: Sedih! Akibat Dentuman Keras Letusan Gunung  Ili Lewotolok, Lima Orang Anak Hilang

Dalam kondisi Gunung Ili Lewotolok yang saat ini telah mencapai level Siaga, PVMBG membeberkan beberapa hal yang direkomendasikan, diantaranya:

Pertama, imbauan kepada pengunjung, pendaki, wisatawan, maupun masyarakat yang berada di sekitar gunung agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius empat km dari kawah puncak.

Kedua, penggunaan masker ataupun alat sejenisnya yang berfungsi serupa, guna untuk melindungi mata dan kulit. Sebab, upaya tersebut dilakukan untuk menghindari dampak abu vulkanit yang menyebabkan gangguan pernafasan akut maupun gangguan kesehatan lain.

Dan yang ketiga, PVMBG mengingatkan abu vulkanik saat ini yang jatuh di beberapa sektor di sekeliling Gunung Ili Lewotolok. Makadari itu masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di gunung ini agar diwaspadai potensi ancaman bahaya lahar, terlebih di musim hujan.

Baca Juga: 10 Manfaat Teh Hijau Bagi Kesehatan, Mulai dari Turunkan Berat Badan hingga Lawan Kanker

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lembata menerangkan hasil pantauannya yang dikonfirmasikan, ujar dia, potensi bahaya Gunung Ili Lewotolok berupa lontaran batu atau lava pijar ke segala arah, hujan abu lebat yang penyebarannya dipengaruhi arah dan kecepatan angin, awan panas khususnya ke arah bukaan kawah, yang berada di sisi tenggara.

Gunung Ili Lewotolok juga memiliki potensi bahaya lain berupa longsoran material lapuk yang berada di kawah puncak ke arah tenggara maupun lahar di sungai-syngai yang berhulu dari puncak gunung merapi.

Ia juga menjelaskan upaya pengungsian yang dilakukan, pihaknya dikonfirmasi sudah mengevakuasi sejumlah warga sebanyak 28 desa di dua kecamatan, sekaligus melakukan kaji cepat untuk memenuhi kebutuhan dasar warga yang mengungsi.

Baca Juga: Cari Tahu! Asal Muasal HIV Masuk Ke Indonesia

Sementara itu rilis dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa berdasarkan Volcano Observatory Notice for Aviation atau VONA menunjukkan warna oranye setelah Gunung Ili Lewotolok erupsi pagi tadi 29 November 2020.

"VONA digunakan sebagai peringatan dini ketika terjadi erupsi gunung untuk keamanan penerbangan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati.***

Halaman:

Editor: Ahmad R

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x