Susun Peta Rawan Bencana BPBD Jawa Barat: Ada 14 Daerah Potensi Becana Alam Tinggi

- 20 Januari 2021, 09:39 WIB
Pohon tumbang dipusat Kota Bnadung
Pohon tumbang dipusat Kota Bnadung /Dok.PRFMNEWS/

Pohon tumbang dipusat Kota Bnadung
Pohon tumbang dipusat Kota Bnadung

MEDIA PAKUAN- Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang rawan terhadap bencana alam.

Potensi itu terjadi diakibatkan dengan intensitas hujan yang sangat lebat berdampak terjadi bencana alam seperti, longsor, banjir, gempa bumi hingga tsunami.

Ada 14 daerah yang dikatagorikan risiko bencana tinggi dan 13 daerah termasuk resiko rendah bencana di Jawa Barat.

Dengan demikian dari jumlah 27 Kota/Kabupaten di Jawa Barat tidak ada yang termasuk daerah risiko rendah bencana.

Baca Juga: 4 Cara Terbaik Menurut Al-Quran Menghadirkan Rasa Syukur dan Jauh dari Sombong

Dilansir Media pakuan dari Pikiran-rakyat.Tasikmalaya.com
Dani Ramdan selaku Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat menyatakan, pihaknya telah menyusun mengenai kajian risiko bencana serta peta rawan bencana.

"Pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk tetap waspada amat krusial. Hanya gempa yang tidak bisa diprediksi kapan dan di mana terjadi," ucapnya.

"Tapi kalau banjir, kita lihat dari kondisi alam termasuk banjir rob karena air laut yang naik. Sedangkan, tsunami dan gempa tidak bisa diprediksi," sambungnya dikutip Tasikmalaya-PikiranRakyat.com dari website resmi Pemprov Jawa Barat.

Baca Juga: Terkenal Ramah dan Ganteng, Anak Sulung Syekh Ali Jaber Dilamar Ustadz Mansur Maulana

Menurut Dani, setelah peta rawan bencana disusun, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana penanggulangan bencana (RPB) di tingkat kabupaten/kota dan provinsi.

Dari RPB itu, rencana kontingensi jenis kebencanaan untuk setiap kabupaten/kota dapat disusun.

"Dari rencana dan peta rawan bencana itu, pemerintah desa bisa menyusun, misalnya jalur evakuasi manakala akan berpotensi bencana, tempat evakuasi atau pengungsian," ujarnya.

Baca Juga: Sejarah Hari Gizi Nasional HGN ke 61, 25 Januari 2021

Kalau itu sudah ditambah kesiapan personel dan peralatan bencana, maka bencana itu bisa kita hadapi. Ada yang bisa kita cegah, ada yang tidak bisa, seperti gempa. Tapi, kalau kita punya kesiapsiagaan, paling tidak bisa meminimalisasi dampak atau risiko," sambungnya.

Dani pun menyatakan, adanya kewaspadaan serta kesadaran masyarakat akan adanya potensi bencana di wilayahnya perlu diperhatikan.

Selain untuk mencegah terjadinya bencana, hal tersebut dapat meminimalisir mengenai korban meninggal dunia serta kerugian harta benda yang diakibatkan dari bencana yang terjadi.

Baca Juga: Hari Gizi Nasional (HGN) 61 Tahun 2021, Kemenkes: Nutrisi 1.000 Hari Anak Mencegah Stuting

"Jika masyarakat sadar akan potensi bencana di lingkungan sekitarnya, maka mereka dapat melakukan mitigasi bencana," ujarnya.

"Contohnya dengan rutin memeriksa dan membersihkan saluran-saluran air di sekitarnya, supaya tidak tersumbat oleh sampah atau material lainnya. Memeriksa tebing-tebing, apakah vegetasinya atau tembok penahan tanahnya masih bagus," tuturnya.

Selain untuk mencegah terjadinya bencana, hal tersebut dapat meminimalisir mengenai korban meninggal dunia serta kerugian harta benda yang diakibatkan dari bencana yang terjadi.

Baca Juga: Kritik Pedas Buat Komjen Listyo Sigit Prabowo, 'Jangan sampai Terpilih karena lebih Berbau Politik'

"Jika masyarakat sadar akan potensi bencana di lingkungan sekitarnya, maka mereka dapat melakukan mitigasi bencana," ujarnya.

Dani juga menambahkan potensi longsor bisa terjadi dengan ditandai adanya retakan di tanah atau tembok penahan apalagi jiga terdapat aliran air yang merembes.

"Dalam kondisi demikian khususnya ketika terjadi hujan lebat, sebaiknya masyarakat yang bermukim di sekitar tebing seperti itu melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman. Hal yang sama bisa dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di bantaran sungai," ujarnya.

Baca Juga: Astagfirullah,Gempa Bumi 5.0 M Guncang Halmahera Selatan dan Maluku Barat Daya

"Jika tinggi muka air sungai sudah mencapai level yang membahayakan, segera lakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi," sambungnya.

Dalam waktu nol sampai tiga pilih menit ketika terjadinya bencana atau disebut periode golden time, 34 persen keselamatan sesorang bersumber dari kesiapsiagaannya.

Berkat kemampuan dan pengetahuan dari seorang individu untuk melakukan evakuasi maka ada risiko untuk menyelamatkan diri.

Baca Juga: Pembasket Denny Sumargo Ungkap Pengakuan Mbak You : 'Usia 30 Tahun Nikahi Ular Jadi-jadian'

"31 persen bersumber dari pertolongan orang-orang terdekat, yakni anggota keluarga yang juga memiliki pengetahuan dan rencana kontigensi yang dilatihkan jika terjadi bencana, 17 persen faktor keselamatan lainnya bersumber dari pertolongan komunitas.

"Peran BPBD, Tim SAR dan petugas lainnya hanya menyumbang 1,8 persen saja, karena pada saat golden time mereka tidak berada persis di tempat bencana," jelasnya. ***

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah