MEDIA PAKUAN - Buntut pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Perancis Emmanuel Marcon di Guangzhou China pekan lalu, mulai berdampak besar pada perkembangan Eropa.
Setelah kunjungan itu Presiden Perancis Emmanuel Marcon menolak untuk mendukung AS, dan menyerukan Eropa untuk tidak terlibat dan terseret masalah AS di Taiwan.
Masalah lain kemudian muncul hari ini 12 April 2023, media Polandia PAP, yang mengutip sumber tingkat tinggi dalam struktur Uni Eropa, melaporkan bahwa Paris telah menggagalkan keputusan bulat Uni Eropa untuk membiayai pasokan amunisi ke Ukraina.
Tidak hanya itu Perancis juga menuntut pengembalian dana untuk amunisi, rudal atau roket yang sudah dikirim ke Ukraina.
Sebelumnya pada KTT Uni Eropa di Brussels, Maret lalu, UE telah memutuskan akan membiayai pasokan amunisi ke Ukraina, dengan mengalokasikan dana sebesar 2 miliar euro.
A historic decision.
Following my proposal, Member States agreed to deliver 1 mio rounds of artillery ammunition within the next 12 months.
We have a 3 track approach:
1) €1 bn for immediate delivery
2) €1 bn for joint procurement
3) commission to ramp up production capacity pic.twitter.com/CCNOaxE4bk— Josep Borrell Fontelles (@JosepBorrellF) March 20, 2023
Pada tanggal 20 Maret, Dewan Uni Eropa menyetujui rencana untuk memasok Ukraina dengan 1 juta peluru artileri dalam waktu 12 bulan.
Pendanaan tersebut berasal dari dana fasilitas untuk perdamaian Eropa, yang setengahnya ditetapkan untuk mengganti biaya pasokan amunisi yang sudah dikirim, dari negara-negara anggota UE.
Sebagai catatan bahwa saat ini negara-negara Uni Eropa telah kehabisan amunisi, sehingga muncul pengajuan untuk membeli senjata dari pabrikan di luar negara Eropa.
Namun rencana pembelian senjata dari luar tersebut juga ditolak keras oleh Perancis.
Di Eropa pembuatan amunisi senjata saat ini di produksi di Perancis, Jerman dan Polandia.
Menanggapi hal tersebut Polandia yang merupakan produsen terbesar amunisi dan beberapa negara UE lainnya memprotes langkah Perancis tersebut.
Perancis juga bersikeras untuk menghapus draft perjanjian yang isinya bahwa penggantian pembayaran amunisi hanya di bayarkan atas permintaan Ukraina.
Perwakilan Tetap Polandia untuk UE, Andrzej Sados pada pertemuan di Brussel mengatakan bahwa UE tidak boleh membuang waktu dan harus menyediakan pasokan amunisi kepada Ukraina sesegera mungkin.
Polandia juga menyatakan kekecewaannya, karena UE tidak mencapai kesepakatan dan menyebut masalah itu sulit untuk dijelaskan kepada Ukraina.***