MEDIA PAKUAN- Turki pada hari Minggu 20 Maret, mengatakan pembicaraan antara Ukraina dan Rusia hampir mencapai kesepakatan tentang masalah yang dapat mengarah pada gencatan senjata.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan lawan bicaranya dari Ukraina Dmytro Kuleba bertemu di kota resor Turki Antalya awal bulan ini tetapi pembicaraan tidak membuahkan hasil, tetapi diskusi minggu lalu membuahkan secercah harapan.
Baca Juga: Mengenaskan Sekali! Jamaah Umroh Tiba-Tiba Terkapar Berdarah di Masjidil Haram, Ini Penyebabnya
Menteri Luar Negeri Turki, Cavusoglu mengatakan pembicaraan pekan lalu di Rusia dan Ukraina.
Baca Juga: Realita Kehidupan Seorang TKI di Masjid Nabawi, Tetap Bekerja Walau Gaji Minim Demi Keluarga
Pertemuan yang dia hadiri, mengindikasikan penyesuaian kembali posisi kedua belah pihak pada pokok-pokok penting sampai pembicaraan kritis.
“Kami dapat mengatakan kami berharap untuk gencatan senjata jika pihak tidak mengambil langkah mundur dari posisi saat ini,” kata Cavusoglu.
Juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan kedua belah pihak hampir mencapai kesepakatan dalam beberapa masalah.
Diantaranya, tuntutan Moskow agar Kyiv mundur dari ambisinya untuk bergabung dengan NATO, demiliterisasi negara itu, yang disebut Rusia sebagai deNazifikasi dan proposal untuk melindungi bahasa Rusia di Ukraina.
Baca Juga: 20 Tentara Bayaran dari Inggris Hanya Bertahan 9 Jam di Ukraina, Priday: Saya Merasa Tertipu
Negara-negara Barat dan Ukraina telah menolak klaim Rusia bahwa neo-Nazi berada di belakang pemerintah Ukraina sebagai propaganda, dan menunjukkan bahwa Presiden Volodymyr Zelensky adalah orang Yahudi.
Kalin mengatakan gencatan senjata permanen hanya bisa terjadi setelah pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Zelensky, tetapi Putin menegaskan masalah yang melibatkan Krimea dan Donbas masih terlalu dini untuk diselesaikan.
Rusia menginvasi Krimea pada tahun 2014 dan telah mendukung milisi pro-separatis di Donbas, sebuah wilayah di Ukraina timur yang sekarang diduduki oleh pasukan Rusia.
Turki sebagai anggota NATO, berbagi perbatasan laut dengan Rusia dan Ukraina di Laut Hitam dan memiliki hubungan yang baik dengan kedua negara. ***