Network
MEDIA PAKUAN - Sejak dikudeta pada 1 Februari lalu yang dilakukan junta militer, Myanmar terus mengalami kekacauan yang menyebabkan ratusan warga tewas hingga ribuan penduduk ditahan.
Menanggapi kekacauan ini, negara-negara tetangga yang tergabung dalam ASEAN pun ikut turun tangan berusaha menghentikan kekerasan, salah satunya dengan melakukan kesepakatan konsensus dan berdialog dengan junta militer.
Dalam konsensus yang disepakati, militer Myanmar menyebut bahwa mereka memiliki alasan tersendiri di balik aksi kudeta yang telah menghancurkan hampir seluruh negeri.
Militer membela diri dengan mengatakan bahwa partai berkuasa Aung San Suu Kyi telah melakukan kecurangan dan penipuan, sementara pengaduan mereka tentang penipuan itu malah diabaikan oleh komisi pemilihan yang lama.
Karena ini militer tak bisa menahan diri dari kepemimpinan Aung San Suu Kyi hingga akhirnya memutuskan untuk mengkudeta.
Sayangnya kudeta itu telah banyak memakan korban dan juga pertempuran darah di mana-mana, bahkan baru-baru ini PBB melaporkan sekitar 100.000 orang memilih mengungsi dan tengah mengalami krisis pangan.
Baca Juga: PSG dan Manchester United Jadi Pilihan Utama Cristiano Ronaldo Setelah Keluar Dari Juventus
Sebenarnya ASEAN berencana menerapkan lima poin penting untuk menghentikan kekacauan yang disepakati melalui konsensus pada pertemuan puncak ASEAN bulan April kemarin. Namun nyatanya hal itu belum terealisasi dan berjalan sangat lambat.
