Makin Tak Karuan! Militer Myanmar Tembaki Siapa Saja yang Menentang Kudeta, Penduduk Larikan Diri ke Hutan

- 7 Juni 2021, 13:53 WIB
Makin Tak Karuan! Militer Myanmar Tembaki Siapa Saja yang Menentang Kudeta, Penduduk Larikan Diri ke Hutan
Makin Tak Karuan! Militer Myanmar Tembaki Siapa Saja yang Menentang Kudeta, Penduduk Larikan Diri ke Hutan /Stringer/AFP/AFP

MEDIA PAKUAN - Setelah lebih dari empat bulan kudeta, militer Myanmar kini makin tak karuan. Tanpa pandang bulu, mereka menembaki siapa saja yang menentang kebijakan militer.

Karena serangan militer yang makin brutal inilah penduduk desa di Myanmar, terutama kotapraja Demoso di negara bagian Kayah tenggara Myanmar, terpaksa masuk dan melarikan diri ke hutan.

Desa-desa di Myanmar mulai kosong bagai tak berpenghuni karena penduduknya telah meninggalkan tempat tinggal mereka.

Baca Juga: Tabrakan Kereta di Pakistan Selatan Sebabkan Puluhan Orang Tewas Hingga Terjebak, Pemerintah Tak Perhatian?

Menurut perkiraan PBB, antara 85.000 hingga 100.000 orang dari Demoso, Loikaw dan kotapraja Hpruso di Negara Bagian Kayah dan Pekon dan Hsiseng di Negara Bagian Shan meninggalkan rumah mereka sejak 21 Mei, ketika pertempuran pecah antara Tatmadaw (militer Myanmar) dengan kelompok perlawanan sipil yang menyebut dirinya Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni (KPDF).

Pertempuran baru-baru ini memang telah meletus di Kayah pada 21 Mei, di mana pasukan Tatmadaw melepaskan tembakan di daerah pemukiman Demoso dan menangkap 13 orang. Untuk melawannya, KPDF, terkadang didukung oleh kelompok bersenjata lokal, meruntuhkan kantor polisi, menyergap pasukan yang mendekat hingga akhirnya terlibat dalam baku tembak.

Baca Juga: Kerja Mati Matian Pulang Ditinggal Nikah Oleh Suami, Inilah Kisah Pilu TKW Indonesia Kerja di Arab Saudi

Kekerasan yang diperlihatkan Tatmadaw ini seakan mencerminkan pelanggaran hak asasi manusia yang dialami Karenni bersama dengan etnis minoritas lainnya di Myanmar puluhan tahun silam, yang membuat puluhan ribu orang dipaksa ke lokasi relokasi atau melarikan diri ke hutan atau melintasi perbatasan ke Thailand, terutama pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.

“Sejak 21 Mei, kami telah mengalami kembali pelanggaran seperti yang dilakukan militer di masa lalu,” kata Banya Kun Aung dari Organisasi Hak Asasi Manusia Karenni, dikutip MEDIA PAKUAN dari Al Jazeera.

Halaman:

Editor: Siti Andini

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah