MEDIA PAKUAN- Sejak pecah kudeta 1 Febuari 2021 di Myanmar tercatat sebanyak 510 orang warga sipil yang tewas oleh pasukan kemanan Myanmar.
Data tersebut dilaporkan Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) pada Senin, 29 Maret 2021.
Bahkan pada hari Senin AAPP mencatat 14 orang sipil terbunuh dan delapan diantaranya di Dagon Selatan, Yangon.
Baca Juga: Degdegan! Siang ini Pemerintah Bakal Umumkan Partai Demokrat yang Resmi
Pasukan keamanan mengunakan senjata kaliber untuk menembaki warga sipil, kata saksi mata.
Namun dia tidak mengetahui jelas jenis kaliber apa yang dipakai, walaupun pernah sekelompok masyarakat memposting gambar seorang tentara yang sedang meluncurkan granat.
Sementara, televisi pemerintah mengatakan pasukan keamanan mengunakan"senjata anti huru hara" untuk membubarkan kerumunan"orang teroris yang kejam." yang menghancurkan trotoar dan menyebabkan satu orang terluka.
Baca Juga: Badan Riset Bermasalah, Presiden Diminta Tegur Menpan RB dan Menkumham
Melansir dari Al Jazeer,senior Institut Kajian dan Internasional, Universitas Chungkalongkorn Bangkok, Gwen Robinson mengatakan dengan tewasnya 510 orang warga sipil, Myanmar bisa berakhir menjadi negara gagal dengan kediktatoran yang brutal, sayangnya kenyataan para demonstran ini tidak mau menyerah.