Carut Marut Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing Ternyata Dalang Dibalik Pembataian Etnis Rohingya

- 2 Februari 2021, 08:41 WIB
Pasukan tentara Mynmar sedang berjaga titik-titik vital Yangon
Pasukan tentara Mynmar sedang berjaga titik-titik vital Yangon /reuters/

MEDIA PAKUAN- Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi kini menjadi pesakitan bagi lawan politiknya.

Kepemimpinan Aung San Suu Kyi tak lama menikmati kursi tertinggi di Myanmar,

Aung San Suu Kyi kini ia dikudeta oleh Junta militer pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing.

Baca Juga: Ingin Jadi Kepala Departemen Humas? nih! Lowongan Kerja BUMN di PT Berdikari Persero Februari 2021

Tak lama setelah mengkudeta Aung San Suu Kyi, jenderal Min Aung Hlaing menyatakan darurat nasional selama satu tahun di Myanmar.

Tatmadaw alias tentara Myanmar dikerahkan untuk terus siaga penuh, suasan negara tersebu kian mencekam, senjata laras panjang, kendaraan lapis baja berjaga di titik-titik vital Yangon.

Bahkan partai NLD yang dibentuk Aung San Suu Kyi langsung dibungkam militer, tak hanya itu elit-elit politik NLD pun di berangus atas perintah Jenderal Min Aung Hlaing.

Baca Juga: Dibutuhkan 3 Leader! Lowongan Kerja BUMN di Bank BRI Februari 2021: Buruan Sebelum Pendaftaran Berakhir

Seperti yang diberitakan Zona Jakarta.com dari Time,Min Aung Hlaing adalah orang yang malang melintang di kancah Internasional.

Min Aung Hlaing adalah orang yang paling bertanggungjawab dibalik pembataian etnis Rohingya.

Bahkan pada 2017 silam Menlu Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson memperingatkan Min agar menghentikan aksi kekerasannya kepada Rohingya.

Baca Juga: Milad Sang Ayah, Bupati Karawang Ucap Terima Kasih Pada Ridwan Kamil, Kenapa?

Min keras kepala peringatan itu tak digubrisnya, operasi Genosida kepada Rohingya jalan terus.

Rupanya Min sendiri sebelum jadi petinggi Tatmadaw sudah melahap operasi militer pembersihan etnis minoritas di Myanmar Timur.

Sepak terjang Min Aung ketika memberalakukan oprasi tempur di perbatasan Myanmar-China untuk menghabisi tokoh setempat, Peng Jiasheng.

Baca Juga: Simak! Inilah Lokasi SIM Keliling Kota Bekasi dan Kota Bandung Hari Ini 2 Februari 2021

Cuma seminggu operasi ini dilakukan namun ada sekitar 30 ribu penduduk setempat mengungsi ke China karena Min melakukan serangan membabi buta.

Di mata HAM, Min adalah musuh kemanusiaan namun di mata politik Myanmar ia adalah pahlawan.

Saat tampuk kepemimpinan Myanmar berada di Suu Kyi, Min cuma tersenyum karena ia bisa kapan saja mengkudeta perempuan penerima Nobel Perdamaian itu kapan pun ia mau.

Baca Juga: PPKM Dianggap Berhasil, Wali Kota Kota Bekasi Minta Jajarannya Gencar Sosialisasi

Suu Kyi memang benar memegang kekuasaan Myanmar, namun Min adalah penguasa sebenarnya dibalik bayangan.

Posisi strategis dipegang tiga kementrian berada digenggamannya yakni Pertahanan, Dalam Negeri dan Luar Negeri yang pengaruhnya ialah mayoritas bagi nasib Myanmar itu sendiri.

Tak heran, Min punya hak veto, ia bisa mengagalkan kebijakan pemerintah walau tanpa alasan yang jelas.

Baca Juga: PPKM Dianggap Berhasil, Wali Kota Kota Bekasi Minta Jajarannya Gencar Sosialisasi

Kudeta ini mengundang kutukan internasional.

Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki menegaskan jika kudeta tak segera diakhiri dan Suu Kyi masih ditahan, AS akan mengambil tindakan keras.

"Washington menentang segala upaya pihak-pihak yang mengubah hasil pemilu Myanmar dan akan mengambil tindakan tegas bagi siapapun yang terlibat," ujar Psaki.

Baca Juga: 16 Ribu Nakes di Jakarta Pusat Sudah Divaksin, Suku Dinas Bilang Tak Ada Keluhan

PBB ikutan mengecam dimana Sekjen Antonio Guterres menyayangkan penangkapan Aung San Suu Kyi.

"Ini merupakan pukulan telak bagi demokrasi di Myanmar," ujar Guterres.

Intervensi pasukan perdamaian PBB sangat mungkin dilakukan di Myanmar jika keadaan semakin memburuk.***Beryl Santoso Zonajakarta

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah