Anak-anak Yaman dan Palestina Paling Menderita Selama Konflik

31 Mei 2024, 15:05 WIB
Anak-anak Yaman dan Palestina Paling Menderita Selama Konflik // Pixabay/

MEDIA PAKUAN - United Nations Children's Fund (UNICEF) mengumumkan bahwa lebih dari 6.700 anak-anak telah dipersenjatai oleh pihak-pihak yang bertikai di Yaman.

Dalam pernyataan tertulisnya, UNICEF mengatakan bahwa pihak-pihak yang bertikai di Yaman memaksa 2.700 anak-anak menggunakan senjata, sementara dua pertiga dari anak perempuan Yaman dinikahkan meski belum mencapai usia 18 tahun.

UNICEF menyebut anak-anak paling menderita selama konflik di Yaman.

Seharusnya, lanjut UNICEF, anak-anak tidak boleh menjadi target konflik.

Sementara bulan lalu UNICEF juga melaporkan bahwa lebih dari 6.700 anak tewas sepanjang konflik di Yaman sejak 2015.

Baca Juga: AS Mulai Geram pada Israel: Gagal Melindungi Warga Sipil dalam Konflik di Gaza

Yaman telah dilanda kekerasan sejak 2014, ketika kelompok Syiah Houthi menyerbu sebagian besar negara dan krisis meningkat pada 2015, ketika koalisi yang dipimpin Saudi meluncurkan kampanye udara besar-besaran yang bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan Houthi.

Arab Saudi dan sekutu negara-negara Sunni menuduh Houthi bertindak sebagai kekuatan proksi bagi Syiah Iran.

Puluhan ribu orang, termasuk warga sipil, telah terbunuh di Yaman dan PBB memperkirakan sekitar 14 juta warga kelaparan.

Sementara, Jumlah korban jiwa di sana pun masih terus bertambah sampai sepekan menjelang Ramadan 2024.

Menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), selama 7 Oktober 2023—7 Maret 2024, warga Jalur Gaza yang tewas akibat serangan Israel sudah mencapai 30.800 jiwa, dan korban luka 72.298 orang.

Baca Juga: Vishwa Bandhu : Cara India Sikapi Konflik Israel-Palestina

Dalam sehari terakhir terdapat 83 warga Palestina yang tewas, dan 142 warga Palestina terluka.

OCHA menyatakan Israel terus melakukan pengeboman dan operasi militer darat yang intens di sebagian besar Jalur Gaza, mengakibatkan jatuhnya korban sipil, pengungsian, serta kehancuran rumah dan infrastruktur.

OCHA menyebut situasi ini diperburuk dengan munculnya kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan, dan dari orang-orang yang mencoba merampas pasokan bantuan.

"Setidaknya dalam lima kesempatan terpisah di bulan Februari, militer Israel menyerang elemen polisi Palestina, mengakibatkan berkurangnya kehadiran mereka di perbatasan dan di sepanjang jalur pasokan utama melalui Gaza," demikian dikutip dari laporan OCHA.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Tags

Terkini

Terpopuler