Konsorsium Komunitas Penabulu STPI Ingatkan Jutaan Nyawa Bisa Diselamatkan Dari Bahaya Laten TBC

25 Maret 2023, 16:32 WIB
Peringatan Hari Tuberkolosis Dunia, 24 Maret 2023 /STPI


MEDIA PAKUAN - Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) setiap tanggal 24 Maret, Konsorsium Komunitas Penabulu STPI, yang berkomitmen untuk mengakhiri TBC di Indonesia, kembali mengingatkan bahwa jutaan nyawa bisa diselamatkan dari bahaya TBC.


Melalui tema TB Day Global tahun 2023, "Yes! We Can End TB” dan tema nasional “Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa” diharapkan akan tercapai bebas TBC secara umum di tingkat global dan khususnya di Indonesia.

Untuk mendukung program Eliminasi TBC ditahun 2030, Konsorsium Komunitas Penabulu STPI mengingatkan bahaya kondisi laten dan pentingnya masyarakat untuk mengenal Terapi Pencegahan TBC (TPT).


Menurut laporan Global TB Report 2022 yang diterbitkan oleh World Health Organization, penyakit menular tuberkulosis meningkat selama masa pandemi Covid 19 dari tahun 2020-2022. Laporan itu juga menyebut kasus TBC di Indonesia meningkat sebesar 15 persen di tahun 2020-2021.


Ini berarti bahwa setiap satu menit, ada dua orang yang terjangkit TBC, yang jika tidak segera ditangani, dalam satu tahun ia bisa menginfeksi 10 hingga 15 orang di sekitarnya.

Walaupun tidak semua orang yang terkena TBC jatuh sakit, namun kelompok masyarakat dengan imunitas rendah, akan lebih rentan terhadap infeksi bakteri TBC.


Menurut WHO kelompok rentan TBC adalah anak-anak di bawah lima tahun, orang lanjut usia, serta kondisi penyakit tertentu seperti Diabetes, HIV/AIDS, dan gizi.


Ketua Yayasan Stop TB Partnership Indonesia (STPI) dr. Nurul Luntungan mengungkapkan bahwa pada penderita infeksi TBC yang tidak menunjukkan gejala berupa batuk umum, bisa di sebabkan karena TBC laten, yaitu keadaan dimana mycobacterium tuberculosis tidur di dalam tubuh penderita selama bertahun-tahun karena tertahan oleh kekebalan tubuh.


Ia mengingatkan ketika daya tahan tubuh menurun, bakteri TBC tersebut bisa bangun dan menyerang tubuh, lalu jatuh sakit, hingga bisa menularkannya ke orang lain.


"Sebuah studi mencatat sebanyak 120 juta orang di Indonesia mempunyai TBC laten, kondisi tersebut bisa diketahui dengan tes mantoux atau tes darah (IGRA)," kata Nurul.


Nurul mengungkapkan bahwa untuk mengatasi TBC di Indonesia, maka harus mampu mengendalikan TBC laten.


"Saat ini sudah tersedia di Indonesia Terapi Pencegahan TBC (TPT) agar kondisi TBC laten tidak berkembang menjadi penyakit,” ungkap Nurul.


Sebagai penerima hibah utama program TBC komunitas dari Global Fund, to Fight Against HIV/AIDS, Tuberculosis, and Malaria (GF-ATM), STPI berkolaborasi dengan Yayasan Penabulu, membentuk Konsorsium Komunitas Penabulu STPI.


Hal tersebut dilakukan untuk mendukung dan memperkuat sistem organisasi komunitas maupun upaya berbasis masyarakat dan penyintas TBC.


Upaya dilakukan melalui promosi kesehatan, yaitu skrining gejala TBC aktif dan fasilitasi pemeriksaan pencegahan TBC pada balita dan anak-anak, dan pengobatan pasien sebagai dukungan psikososial.


Dukungan layanan advokasi dan hukum juga disiapkan untuk meringankan stigma dan diskriminasi yang dialami pasien TBC dan keluarganya.***

 

Editor: M Hilman Hudori

Tags

Terkini

Terpopuler