400 tahun sejarah geisha, Fiona Graham Geisha Asing Pertama di Jepang

27 September 2021, 12:01 WIB
400 tahun sejarah geisha, Fiona Graham Geisha Asing Pertama di Jepang /Ilustrasi Pixabay/

MEDIA PAKUAN - Geisha merupakan julukan yang disematkan kepada wanita yang bekerja sebagai pekerja seni tradisional di Jepang.

Sayang julukan itu kini semakin memudar, mereka beranggapan bahwa profesi Geisha selalu disangkutkan dengan kegiatan prostitusi.

Awal mula stigma negatif geisha ini dimulai pada akhir perang dunia ke-II. Saat itu banyak PSK Jepang yang mendatangi anggota militer AS dan mengaku sebagai geisha.

Mereka memancing anggota militer AS dengan fantasi eksotis dari geisha. Ketika kekalahan Jepang atas sekutu pada perang dunia ke-II banyak wanita yang putus asa rela tidur dengan musuh hanya agar bisa mendapatkan makanan.

Baca Juga: Tangan Belang Akibat Sinar Matahari Jadi Putih Kembali Hanya dengan 3 Cara Ini

Sejarah mencatat geisha pertama di Jepang adalah pria. Geisha pria sudah ada sejak tahun 1600an, sedangkan geisha wanita pertama adalah di tahun 1751.

Sama hal nya dengan geisha perempua, geisha laki-laki bertugas menghibur tamu dengan nyanyian, musik, dan tarian.

Adalah untuk pertama kalinya dalam 400 tahun sejarah geisha, seorang Barat telah diterima, dan pada 19 Desember secara resmi memulai debutnya dengan nama Sayuki.

Baca Juga: Ayah Taqy Malik Minta Jatah Berhubungan 10 Kali Sehari, Marlina Octaria Mengaku Tak Sanggup

Sayuki memiliki spesialisasi dalam antropologi sosial, sebuah subjek yang mengharuskan para antropolog untuk benar-benar mengalami subjek yang mereka pelajari dengan berpartisipasi dalam masyarakat itu sendiri.

Dia telah melakukan penelitian lapangan antropologis di Asakusa - salah satu dari enam distrik geisha tertua di Tokyo - selama setahun terakhir, tinggal di rumah geisha (okiya), dan berpartisipasi dalam jamuan makan sebagai peserta pelatihan.

Dia telah berlatih di beberapa seni, dan akan berspesialisasi dalam yokobue (seruling Jepang).

Baca Juga: TKW Indonesia asal Kalimantan Beruntung Bisa Kerja di Depan Ka'bah Setiap Hari, Ini Kegiatannya Selama 3 Tahun

Sayuki mengambil gelar doktor di bidang antropologi sosial di Universitas Oxford, dan berspesialisasi dalam masyarakat Jepang.

Dia telah menghabiskan separuh hidupnya di Jepang, melewati sekolah-sekolah Jepang, dan lulus dari universitas tertua di Jepang, Keio.

Sayuki telah mengajar di sejumlah universitas di seluruh dunia, telah menerbitkan secara luas tentang budaya Jepang, dan juga seorang sutradara film antropologis dengan kredit produksi pada berbagai penyiar internasional. ***

Sumber : londonspeakerbureauasia.com

Editor: Popi Siti Sopiah

Tags

Terkini

Terpopuler