Saksikan Langsung Pertempuran Israel dan Palestina, Pejabat AS Ingin Perjuangan Gencatan Senjata Permanen

7 Juli 2021, 12:26 WIB
Pejabat senior AS, Joey Hood /

MEDIA PAKUAN - Seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS), Joey Hood menyebut bahwa pada bulan lalu dirinya menyaksikan pertempuran terberat antara Hamas Palestina dan Israel selama sebelas hari dengan dipenuhi serangan bom udara tentara Israel dan serangan roket dari Hamas.

Sejak itu ia pun mengecam Israel, dan kini kembali menentang rencana mereka yang akan mencaplok kembali wilayah Palestina.

Berbicara di Washington, Pejabat Asisten Sekretaris Urusan Timur itu menyampaikan keinginannya dan menekankan perlunya meningkatkan pekerjaan untuk memastikan gencatan senjata permanen antara Palestina dan Israel.

Baca Juga: Serupa Indonesia, Sydney Australia Juga Lakukan Lockdown Akibat Wabah Delta Covid-19 yang Menyebar

Joey Hood menegaskan perlunya bantuan kemanusiaan di wilayah konflik terutama di Kota Gaza yang berkelanjutan dan meningkatkan perdamaian sebagai solusi dua negara.

Menurutnya komunitas internasional harus mencari cara agar benar-benar dapat mulai menerapkan kondisi dan parameter dalam mulai pembicaraan terkait solusi konflik Palestina dan Israel.

"Saat ini prospek itu tampaknya cukup jauh. tetapi diam-diam di Amerika Serikat dan sejumlah negara mitra kami sejak jam-jam awal konflik telah memikirkannya," ujar Hood dikutip dari Al Arabiya News, Rabu 7 Juli 2021.

Baca Juga: Dampak Covid 19 Harga BBM di India Meroket, Bensin di Delhi Melewati Tanda Abad

Hood memuji peran Yordania, Mesir, dan Qatar, yang memainkan dianggap telah mengambil peran penting dalam gencatan senjata ini secara senyap.

"Ketika kita melihat gencatan senjata timbal balik tanpa syarat antara Israel dan militan yang berbasis di Gaza, kami pikir itu adalah fungsi dari diplomasi yang intensif," katanya.

Baca Juga: WHO Rekomendasikan Obat Penyelamat Nyawa Pasien Covid-19 yang Sakit Parah

Terlepas dari gejolak kekerasan sejak gencatan senjata, sambung Hood, namun relatif lebih tenang dan cukup aman jika dibandingkan dengan situasi bulan lalu.

"Masih banyak pekerjaan penting yang harus dilakukan untuk perdamaian. Ke depan, AS akan mulai memikirkan jangka panjang karena situasinya tetap sangat rapuh," tuturnya. ***

Editor: Siti Andini

Sumber: English Alaraby

Tags

Terkini

Terpopuler