Rumah Sakit Uganda Manfaatkan Situasi Pandemi dengan Menaikkan Harga Fasilitas, Rakyat Dibuat Lebih Menderita

26 Juni 2021, 18:25 WIB
Ilustrasi. Rumah sakit di Uganda /Studenthub.ug/

MEDIA PAKUAN - Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang sulit, rumah sakit di Uganda melakukan tindakan tak terpuji dengan memanfaatkan situasi.

Mereka diduga menaikkan harga fasilitas rumah sakit yang membuat rakyat lebih menderita.

Karena tingginya lonjakan kasus Covid-19, tak mengherankan bila berbagai fasilitas kesehatan menjadi langka dan dibutuhkan banyak orang.

Baca Juga: Lebih Parah dari Indonesia? Kasus Covid-19 Uganda Sangat Mengerikan Dipersulit Kurangnya Vaksin

Banyaknya permintaan ini digunakan salah satu rumah sakit Uganda untuk mencari keuntungan.

Dugaan eksploitasi pasien juga dituduhkan pada rumah sakit swasta yang menuntut pembayaran di muka dan biaya kenaikan.

Banyak korban yang telah mengeluarkan kesaksiannya yang menuduh rumah sakit Uganda mencari untung.

Baca Juga: Ridwan Kamil Terima Keluhan Petugas Pemakaman Covid-19, Sehari Bisa 40 Jenazah

Dikutip dari Associated Press, Dr Nathan Tumubone mengemukakan bahwa dirinya dan sang istri yang terkena Covid-19 memilih tinggal di rumah dan menjalani perawatan sendirisendiri dengan merebus ramuan herbal.

"Sebenarnya saya tidak mau ke rumah sakit,” kata dokter umum itu.

“Kami telah melihat biayanya sangat tinggi, dan orang tidak ingin masuk ke sana.”

Baca Juga: Politisi PAN Desak Pemerintah Gunakan Asrama Haji untuk Isolasi Pasien Corona

Cissy Kagaba, seorang aktivis anti-korupsi terkemuka yang baru-baru ini kehilangan kedua orang tuanya karena Covid-19, juga mengungkap bahwa dia terkejut ketika keluarganya menerima tagihan hampir $6.000 ketika ayahnya dikeluarkan dari unit perawatan intensif.

Ia mengatakan tunjangan risiko dan item lain pada tanda terimanya pun tampak mencurigakan.

“Ketika kami melihat tagihannya, kami tidak percaya berapa jumlahnya,” katanya. 

Baca Juga: Dapat Gaji 1,9 Juta Perhari, Pekerjaan 2 TKW Cantik Arab Saudi Ini Jadi Sorotan!

Seraya menambahkan bahwa dugaan eksploitasi pasien mencerminkan korupsi pejabat yang merajalela, ia menyebut, “Anda tidak bisa mengharapkan sesuatu yang berbeda dari mereka. Jika Anda memiliki pemerintah yang mengeksploitasi rakyatnya sendiri, apa yang Anda harapkan dari sektor swasta?”

Selain biaya yang tinggi, orang-orang Uganda juga mulai tidak memercayai rumah sakit pemerintah dengan alasan kerusakan fasilitas yang terkadang mereka temukan serta kadang-kadang kurangnya pasokan dasar.

Bahkan pejabat tinggi pemerintah memilih rutin berobat ke luar negeri.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Polisi Memvaksin Ratusan Warga Pajampangan

Namun Direktur rumah sakit swasta membantah fitnah cari untung tersebut dengan mengatakan kepada pers lokal bahwa merawat pasien Covid-19 adalah hal yang berisiko dan tidak murah.

Sementara itu Otoritas kesehatan kini tengah menyelidiki tuduhan eksploitasi itu.

Uganda termasuk di antara negara-negara Afrika yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 yang dramatis di tengah kekurangan vaksin yang parah.

Uganda mengonfirmasi 75.537 infeksi dan 781 kematian, namun jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi karena hanya beberapa ribu sampel yang diuji setiap hari. ***

Editor: Siti Andini

Sumber: AP News

Tags

Terkini

Terpopuler