MEDIA PAKUAN - Nasib para janda di India ini dipandang negatif oleh masyarakat karena dianggap akan mendatangkan malapetaka.
Di India ini terdapat tiga kategori janda. Pertama ada janda dengan kategori satu, yang dimana ia sudah menikah 1 sampai 2 tahun.
Kategori dua, janda yang sudah menjalani rumah tangga selama lima tahun. Terakhir ada janda dengan kategori ketiga, yang dimana itu adalah janda berumur di atas 50 tahuh.
Setiap kategori janda memiliki konsekuensinya masing-masing. Diantaranya, untuk kategori pertama dan ketiga itu tidak mempunyai kewajiban yang besar.
Baca Juga: Aktor George Clooney Salah Satu Selebritis yang Berani Menolak Pangeran Harry -Meghan
Baca Juga: Haru! Ridwan Kamil Lakukan Hal Ini saat Atalia Praratya Sembuh dari Covid-19
Baca Juga: Shamsi Ali Geram,Aturan Pemerintah Tidak Jelas WNA Bebas Masuk RI, Warga Sendiri Mudik Ribut
Hal itu disebabkan karena kategori pertama belum punya anak sedangkang kategori ketiga anaknya sudah besar-besar.
Sedangkan untuk kategori janda kedua, mereka merangkap sebagai bapa juga karena untuk mengurus anak-anaknya yang masih kecil.
Konsekuensi selanjutnya, untuk kategori pertama dan kedua ini rata-rata mempunyai permasalahan biologis.
Selain itu, kategori janda kesatu dan kedua itu, mereka tidak akan diterima oleh oleh pihak keluarga alias disingkirkan.
Baca Juga: Atalia Praratya Sembuh dari Covid-19, Reaksi Ridwan Kamil Bikin Netizen Terharu
Baca Juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Ampuni Dosaku-D'Bagindas
Namun, untuk janda ketegori ketiga atau lansia ini masih bisa diterima dalam keluarga, sebab mereka masih diperlukan.
Perlu kalian ketahui, nasib janda di India ini sangat dipandang negatif karena harga dirinya tersebut sudah jatuh.
Menurut kepercayaan di India sana, suami itu dianggap sebagai tuhan. Maka jika ada seorang istri yang menjanda atau suaminya meninggal, ia akan dicap gagal.
Dalam tradisi India jika ada istri yang menjanda karena suaminya sudah meningga, mereka harus menunjukkan rasa sedihnya di sepanjang masa hidupnya.
Berbeda dengan masa lalu, bila ada istri yang suaminya meninggal, maka sang istri dipaksa untuk membakar dirinya sendiri hidup-hidup di atas pembakaran tempat suaminya dikremasi.***