Gelombang Mata Uang Dunia, Dollar AS Merosot ke Level Terendah dan Ini Penyebabnya

15 April 2021, 15:04 WIB
DOLLAR Amerika Serikat.* /REUTERS/

MEDIA PAKUAN-Karena imbal hasil Treasury mundur dari lonjakan bulan lalu, Dolar AS merosot ke level terendah sejak empat pekan lalu. Bahkan lebih rendah dibanding mata uang utama lainnya.

Untuk Euro naik setinggi empat minggu teratas 1,1989 dolar, cocok dengan level tertinggi sejak 4 Maret, sebelum diperdagangkan sebagian besar tidak berubah pada 1,19735 dolar.

Sementara itu, di tengah laporan bahwa AS akan mengumumkan sanksi terhadap Rusia secepatnya pada Kamis, atas dugaan campur tangan pemilu dan aktivitas cyber yang berbahaya, Rubel Rusia turun lebih dari 1 persen, yang kini menjadi 76,65 per dolar.

Baca Juga: Peringati Thingyan, Warga Myanmar Malah Turun Demo Hingga Penembakan dan Penangkapan Tak Terhindarkan

Sejak 18 Maret, daftar dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang lainnya, merosot ke level terendah di 91,559 pada sesi Asia sebelum pulih pada awalnya berada di 91,666.

"Dolar telah kehilangan sedikit tenaga sejalan dengan penurunan imbal hasil obligasi AS karena The Fed telah mempertahankan sikap dovishnya," kata kepala strategi mata uang di Nomura Securities, Yujiro Goto.

Sementara itu, untuk imbal hasil obligasi AS sepuluh tahun telah mengalami penurunan menjadi 1,6342 persen dalam perdagangan Asia, hal itu jauh di bawah puncak 14 bulan 1,776 persen yang dicapai akhir Maret, yang membuat mengurangi daya tarik imbal hasil dolar.

Untuk saham telah bergerak menjadi lebih tinggi, dimana S&P 500 telah mencetak rekor baru pada minggu ini.

"Sentimen risiko membaik," menyeret imbal hasil obligasi dan dolar, kata kepala strategi mata uang di Citigroup Global Markets Jepang, Osamu Takashima.

"Saya yakin tren pelemahan dolar bisa berlanjut," dengan pergerakan menuju 108 yen dan  1,205 dolar per euro dalam waktu dekat, katanya.

Baca Juga: Tak Pandang Bulu, Begini Tragisnya Para Pekerja Medis yang Jadi Korban Kebrutalan Junta Militer

Sementara itu, untuk dolar Australia naik untuk pertama kalinya sejak 23 Maret, setinggi  0,7745 dolar pada hari Kamis. Hal tersebut menyusul reli 1 persen di sesi sebelumnya yang membuatnya keluar dari pita perdagangan ketatnya selama beberapa minggu terakhir.

Selain Australia, Dolar Selandia Baru juga mencapai di posisi tertinggi dalam tiga minggu ini di 0,7160 dolar.

"Ketika data ekonomi kuat dan Fed tidak berubah menjadi hawkish, kita bisa melihat mata uang yang sensitif terhadap risiko menguat terhadap dolar dan yen," kata Nomura's Goto.***

 

Editor: Hanif Nasution

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler