Brunei: Para Pemimpin ASEAN Akan Lakukan Pertemuan Bahas Masalah Myanmar di Jakarta

5 April 2021, 17:49 WIB
ilustrasi/ pemimpin ASEAN akan lakukan pertemuan bahas Myanmar /Reuters/Stringer



MEDIA PAKUAN - Brunei, selaku Ketua negara negara Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyatakan, mendukung adanya pertemuan para pemimpin regional untuk membahas perkembangan di Myanmar.

Brunei juga mengatakan telah meminta para pejabat untuk mempersiapkan pertemuan untuk bahas Myanmar di Jakarta, Indonesia.

Myanmar merupakan salah satu anggota ASEAN sehingga Indonesia bersama anggota lainnya ingin mencoba membantu mencari solusi atas permasalahan yang telah menimpa negara tersebut.

Dalam pernyataan bersama dengan Malaysia, Brunei mengatakan kedua negara telah meminta menteri dan pejabat senior mereka untuk melakukan persiapan.

Baca Juga: Pemerintah Ubah Pemberian Tokan Listrik Gratis April, Pelanggan PLN Tidak Perlu Akses di www.pln.co.id

Baca Juga: Penerima BLT UMKM 2021 Kembali Dibuka, Pelaku Usaha Mikro Sudah Bisa Daftar Ke Lembaga Pengusul

"persiapan yang diperlukan untuk pertemuan yang akan diadakan di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Indonesia." kata Brunei yang dikutip Media Pakuan dari Reuters, Senin 5 Maret 2021.

Pernyataan itu menyusul pertemuan antara Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah pada hari Senin.

"Kedua pemimpin sepakat agar para pemimpin ASEAN bertemu untuk membahas perkembangan yang sedang berlangsung di Myanmar," kata mereka.

Meski akan ada pertemuan akan tetapi mereka tidak menyebutkan kapan pertemuan itu akan digelar.

Kedua pemimpin menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah korban jiwa di Myanmar.

Baca Juga: Inilah Spesifikasi 7 Smartphone OPPO yang Memiliki Kualitas Kamera Terbaik

Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2021 Segera Dibuka,Simak dan Lengkapi Dokumennya

"Mereka mendesak semua pihak untuk menahan diri dari menghasut kekerasan lebih lanjut, dan untuk semua pihak untuk segera menahan diri dan fleksibilitas sepenuhnya," kata mereka.

ASEAN beroperasi dengan konsensus tetapi pandangan yang berbeda dari 10 anggotanya tentang bagaimana menanggapi penggunaan kekuatan mematikan oleh tentara terhadap warga sipil dan kebijakan non-intervensi kelompok tersebut telah membatasi kemampuannya untuk bertindak.

Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Singapura semuanya telah menyatakan kekhawatiran atas pembunuhan para demonstran dan mendukung pertemuan tingkat tinggi untuk membahas tentang Myanmar.

Sebelumnya Myanmar telah berada dalam krisis sejak kudeta militer 1 Februari yang menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.

Aktivis mengatakan setidaknya 557 orang telah tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan atas protes dan pemogokan di seluruh negeri, di mana junta telah membatasi akses internet.***


  

Editor: Iing Nuryasin

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler