film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' Mengajarkan Makna Kehidupan Pria Impoten

21 Agustus 2021, 11:43 WIB
film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' Mengajarkan Makna Kehidupan Pria Impoten /Foto arsip Palari Film /

MEDIA PAKUAN -'Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas' merupakan film adaptasi dari sebuah buku karangan Eka Kurniawan. Film ini menceritakan seseorang yang menderita impoten bernama Ajo Kawir.

Film ini mengajak penonton untuk belajar makna kehidupan. Termasuk bagaimana tenang di tengah riuh juga damai di dalam rusuh.

Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menjadi sorotan sejak film garapan Edwin ini meraih penghargaan Golden Leopard kategori kompetisi internasional (Concorso Internazionale) dalam Festival Film Internasional Locarno 2021.

Baca Juga: 25 Tahun Jadi Tukang Jahit di Arab Saudi, TKW Ini Dapat Gaji Fantastis Hingga Sukses Kuliahkan Semua Anaknya

Kemenangan ini juga menjanjikan Edwin, selaku sutradara film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, sebagai orang Indonesia pertama yang memenangkan anugerah Golden Leopard.

Bukan hanya menjadi kebanggaan tersendiri untuk Edwin, penghargaan tersebut juga menjadi stimulus untuk tim produksi di Palari Film.

Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia, selaku produser film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas itu pun yakin film ini memiliki peluang besar untuk menarik audiens internasional dan nasional seperti yang menjadi target mereka sejak awal proyek film ini dibuat.

Baca Juga: Maria, Abaikan Cedera Tulang, Berjuang demi Bayar Operasi Bayi 8 Bulan, Lelang Medali Perak Olimpiade Tokyo

Lewat karya itu juga Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia, mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih bersungguh-sungguh dalam menangani pandemi Covid-19 agar bioskop bisa segera dibuka.

Sehingga film yang kental dengan wacana budaya patriarki, khususnya maskulinitas ini bisa segera dinikmati penikmat film di Indonesia.

Sinopsis Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas.

Buku ini mengisahkan seseorang yang tak pernah bisa membangunkan burungnya. Bahkan meski sudah dengan bantuan orang-orang, burung itu tetap memilih meringkuk dalam sarangnya.

Baca Juga: Nyai Ratu Kidul Komentari Pernikahan Rizki Billar dan Lesti Kejora: Waktunya Kurang Tepat

Bagi seseorang tersebut, masalah ini bukanlah musuh besar dalam hidupnya. Ia tak takut jika harus kehilangan nyawa untuk orang yang ia cinta.

Kemudian masalah demi masalah lantas kerap menjadi santapannya. Hingga akhirnya suatu tragedi mengantarkannya ke dalam jeruji besi.

Namun dari peristiwa itulah ia paham akan kehidupan. Bernapas tak selamanya harus brutal dan keras. Dengan kedamaian saja kadang sudah cukup memberi puas.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Tags

Terkini

Terpopuler