Keren! Inilah Foto Tsunami Gas Beracun di Venus yang Tertangkap Badan Antariksa Jepang

- 9 Agustus 2020, 19:44 WIB
Gelombang tsunami gas beracun raksasa di Venus
Gelombang tsunami gas beracun raksasa di Venus /im Javier Peralta / JAXA-Planet C

MEDIA PAKUAN - Penampakan menyerupai tsunami gas di Venus berhasil terekam oleh Badan antariksa Jepang (JAXA).

Tsunami gas beracun itu melesat dengan kecepatan tinggi mencapai 200 meter per jam (mph).

JAXA menyebut, ini merupakan pertama kalinya mereka melihat fenomena seperti itu terjadi di Tata Surya.

Sebelum menyebar dengan kecepatan super, gas beracun tersebut mengendap di satu titik selama 35 tahun.

Sedangkan setelah gelombang terjadi, penyebaran gas beracun meluas hingga 4.660 mil atau setara 61.000 kali luas lapangan sepakbola.

"Jika ini terjadi di Bumi, ini akan menjadi permukaan frontal dalam skala planet. Itu luar biasa," kata Dr Pedro Machado, ilmuwan dari Institut Ilmu Astrofisika dan Luar Angkasa di Portugal seperti dikutip dari dari New York Post Minggu, 9 Agustus 2020.

Terkait alasan adanya tsunami gas beracun, JAXA menyebut ini terjadi akibat atmosfer Venus yang diselimuti angin kencang dan awan berlebih.

Pada situasi tertentu, ini mengakibatkan adanya anomali aneh yang berujung pada menyebarnya gas beracun di seluruh bagian planet.

Konon, fenomena seperti ini terjadi di ketinggian 31-43 mil di atas permukaan Venus dan diperkirakan akan menjadi siklus lima tahunan.

"Karena ketebalan awan di Venus, kami pencitraan ultraviolet kami tidak bisa menembus puncak gelombang pada ketinggian sekitar 70 kilometer (43 mil). Padahal, ini sangat penting untuk memastikan sifat gelombang gas tersebut," ujar ilmuwan JAXA Dr Javier Peralta.

Setelah temuan ini, JAXA memutuskan melakukan pengamatan lebih lanjut agar bisa menjelaskan lebih banyak tentang fenomena misterius tersebut.

Penelitian ini sendiri telah dipublikasikan dalam Geophysical Research Letters.

Dinding awan berada sekitar 31 mil di atas permukaan Venus dan telah menyapu planet ini setiap lima hari setidaknya sejak tahun 1983.***

Editor: Ahmad R

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah