Peringati Hari Obesitas Sedunia, Hati-hati Makanan Pemicunya

- 4 Maret 2021, 11:30 WIB
Burger dan kentang goreng menjadi simbol junk food yang seringkali menyebabkan obesitas
Burger dan kentang goreng menjadi simbol junk food yang seringkali menyebabkan obesitas /Menno de Jong
 
MEDIA PAKUAN - Kasus Obesitas di Indonesia sendiri kian meningkat sehingga penting bagi masyarakat untuk tahu penyebab dan cara penanganannya. 
 
Hari ini Kamis, 4 Maret merupakan peringatan hari Obesitas sedunia. 
 
Dalam rangka peringatan hari Obesitas sedunia ini, Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD menyampaikan bahwa obesitas dipicu dari kesalahan individu yang terlalu banyak asupan dan kurang berolahraga. 
 
 
"Menganggap bahwa obesitas adalah akibat kesalahan individu karena terlalu banyak asupan dan kurang berolahraga adalah kekeliruan yang umum terjadi," tutur Prof. Suastika, dikutip dari Antara. Kamis, 4 Maret 2021.
 
"Pada kenyataannya, obesitas adalah berat badan berlebih yang diakibatkan oleh berbagai faktor genetik, psikologis, sosiokultural, ekonomi, dan lingkungan," ujarnya. 
 
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia Prof. Dr. dr. Nurpudji Taslim, Sp.GK (K), MPH juga memaparkan mengenai peningkatan konsumsi makanan olahan, yang berperan besar dalam penambahan asupan. 
 
 
Menurut Nurpudji ada beberapa makanan yang sering dan banyak dikonsumsi di Indonesia padahal jenis makanan tersebut tak miliki gizi yang bagus bagi kesehatan. 
 
"Makanan olahan seperti mie instan dan camilan yang digoreng biasanya memiliki harga yang terjangkau, mudah ditemukan, dan sangat dipromosikan, padahal makanan seperti itu tidak sehat karena berkalori tinggi dan bernutrisi rendah," kata Prof. Nurpudji.
 
"Sayangnya, lebih dari 60 persen orang dewasa mengonsumsi mi instan dan camilan yang digoreng setiap minggu. Anak-anak pada umumnya juga mengonsumsi makanan sehat dalam jumlah yang lebih sedikit dari yang mereka butuhkan, dan mereka mengonsumsi lebih banyak makanan tidak sehat, yang seharusnya mereka hindari," tuturnya menambahkan. 
 
 
Selain itu, menurut Prof. Suastika menekankan bahwa penyakit-penyakit kronis biasanya berhubungan dengan obesitas, hampir 200 penyakit dan beberapa di antaranya dapat mengancam jiwa, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker.
 
Pada tahun 2016 sendiri berdasarkan data di Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 5 juta orang penyandang diabetes dan 11 juta orang dengan hipertensi mengalami kondisi kelebihan berat badan atau obesitas.
 
Bahkan dipandemi saat ini, Prof. Nurpudji menambahkan bahwa obesitas adalah salah satu risiko terbesar untuk keparahan Covid-19 apabila terpapar. 
 
 
"Kondisi obesitas ditambah paparan Covid-19 akan membuat seseorang berisiko 113 persen lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit, 74 persen lebih tinggi untuk harus menjalani perawatan ICU, dan 48 persen lebih tinggi terhadap risiko kematian," ucapnya. 
 
Tak ada obat yang diperuntukkan bisa mengobati obesitas, sehingga penanganannya harus dukungan dari berbagai segi. 
 
"Kita harus bergerak maju dari pendekatan awal yang sederhana seperti ‘kurangi asupan dan lebih banyak bergerak’. Kita harus mengatasi penyebab utama obesitas," kata Rektor Universitas Udayana Bali tersebut. 
 
 
Selain itu, Nurpudji menerangkan bahwa penanganan obesitas harus dimulai dari gaya hidup dan perawatan dasar dari pencegahan penyakit tersebut. 
 
"Modifikasi gaya hidup adalah dasar dari perawatan dan pencegahan penyakit kronis seperti obesitas. Seseorang dengan kondisi obesitas harus segera mencari bantuan profesional untuk intervensi sesuai dengan kondisinya," ujar Prof. Nurpudji.
 
"Obesitas dapat dicegah dengan pola makan sehat yang seimbang, berolahraga minimal 150 menit per minggu, dan memonitor IMT secara rutin," tuturnya kembali menambahkan.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x