Jangan Abaikan Keutamaan Syukur, Sabar, dan Memaafkan Bagi Seorang Muslim: Hindari Siksa Kubur!

- 4 Mei 2023, 09:31 WIB
Ilustrasi siksa kubur
Ilustrasi siksa kubur /Pexels/Pixabay
MEDIA PAKUAN - Berikut ini adalah keutamaan syukur, sabar, dan memaafkan bagi seorang muslim. Yakni memperoleh keamanan dari siksa kubur. 
 
Taqwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
 
Oleh karena itu, marilah kita semua selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
 

 

 
 
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ath Thabarani, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang diberi lalu bersyukur, diuji lalu bersabar, mendzolimi lalu meminta maaf dan didzolimi lalu memaafkan,” kemudian Nabi terdiam. 
 
Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, ada apa dengannya apa yang ia peroleh ?, 
Nabi menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memperoleh keamanan dari siksa kubur dan akherat dan mendapatkan petunjuk” 
(HR ath Thabarani).
 
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan seorang muslim yang memiliki empat sifat berikut ini:
 
1. Pertama, bersyukur ketika memperoleh nikmat 
 
 
Syukur ada dua: Syukur wajib dan syukur sunnah. Syukur wajib adalah tidak menggunakan berbagai nikmat yang Allah anugerahkan dalam berbuat maksiat kepada -Nya. 
 
Sebaliknya memanfaatkan nikmat sebagai sarana dalam berbuat taat kepada Allah Swt. Di antara nikmat yang sering dilalaikan banyak orang adalah nikmat kesehatan dan waktu luang. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu dengannya, yaitu kesehatan dan waktu luang” 
(HR al-Bukhari).
 

 

 
 
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan hadits di atas dengan mengatakan, barang siapa yang menggunakan waktu luang dan kesehatannya dalam berbuat taat kepada Allah.
 
Maka ia orang lain patut menginginkan seperti dia tanpa rasa dengki, dan barang siapa yang menggunakan keduanya dalam berbuat maksiat kepada Allah, maka ia tertipu. 
 
Jika seseorang tidak mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat, maka ia akan menyibukkannya dengan hal-hal yang tidak ada kebaikannya. Imam Syafi’i memberikan nasihat kepada kita:
 
 
“Jika engkau tidak menyibukkan dirimu dengan kebenaran, maka ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.”
 
Sedangkan syukur sunnah adalah dengan mengucap al-Hamdulillah atau dengan melakukan sujud syukur. 
 
Sujud syukur disunnahkan ketika seseorang mendapatkan nikmat tertentu, terhindar dari suatu musibah atau ketika melihat orang lain terkena musibah sedangkan dirinya tidak tertimpa.
 
Sujud syukur disunnahkan pada saat seseorang memperoleh nikmat tertentu pada waktu-waktu tertentu dan tidak disunnahkan untuk dilakukan setiap saat untuk kenikmatan yang terus menerus sebagaimana hal itu dijelaskan oleh Imam an-Nawawi dalam kitab al-Majmu’. 
 

 

 
 
Seseorang yang melakukan sujud syukur disyaratkan dalam keadaan suci, menutup aurat dan menghadap kiblat.
 
2. Kedua, sabar ketika diuji
Sabar dalam menghadapi cobaan adalah satu dari tiga jenis sabar. 
 
Dua jenis sabar yang lain adalah sabar dalam melakukan kewajiban dan sabar dalam meninggalkan perkara haram.
 
Sabar dalam menghadapi musibah artinya musibah yang menimpa tidak menyebabkan seseorang berbuat maksiat kepada Allah ta’ala.
 
Ketika seorang muslim rajin dalam melakukan kebaikan lalu terkena musibah, maka musibah itu adalah ujian yang mengangkat derajatnya di akherat.
 
Sedangkan seorang Muslim yang banyak melakukan maksiat lalu ditimpa musibah, maka musibah itu adalah siksaan yang disegerakan di dunia yang menggugurkan siksaan baginya di akherat. 
 
 
Dalam dua keadaan tersebut, musibah adalah kebaikan bagi seorang muslim. 
Syaratnya adalah Islam, sabar dan ridho.
 
3. Memaafkan ketika didzolimi.
 
Berbuat dzolim kepada orang lain adalah seperti mencacinya tanpa hak, membicarakan kejelekannya, memfitnahnya, mengambil hartanya tanpa hak dan lain sebagainya.
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
“Tiga hal apabila seseorang bersifat dengannya, maka ia akan dihisab oleh Allah dengan hisab yang ringan dan dimasukkan ke dalam surga dengan rahmat-Nya.” 
 
Para sahabat bertanya: Bagi siapa itu wahai Rasulullah?. 
 

 

 
 
Nabi bersabda: “Engkau memberi orang yang tidak pernah memberimu, memaafkan orang yang mendzolimimu dan menyambung silaturahim dengan kerabat yang memutus silaturrahim denganmu.” 
(HR ath Thabarani) .
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
 
“Barang siapa yang pernah berbuat dzolim kepada saudaranya baik berkaitan dengan kehormatan dirinya atau yang lain, maka hendaklah ia meminta kehalalan darinya di dunia ini sebelum datang kehidupan akhirat.
 
 
Jika ia memiliki amal shalih maka diambil darinya sesuai kadar kedzolimannya, dan jika ia tidak memiliki kebaikan maka diambil keburukan teman yang ia dzolimi lalu dibebankan kepadanya” 
(HR al-Bukhari). Walllahualam, semoga bermanfaat!***
 
 

Editor: Ahmad R


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x