Kisah Umat Nabi Nuh dan Nabi Hud yang Ditimpa Bencana, Ternyata Ini Alasannya

- 21 Maret 2023, 13:38 WIB
Ilustrasi Kapal Besar Nabi Nuh AS
Ilustrasi Kapal Besar Nabi Nuh AS /Pixabay

MEDIA PAKUAN - Banyak orang mengaitkan bencana alam dengan dosa-dosa syirik yang dilakukan oleh manusia. Pengaitan seperti itu didasarkan pada pemahaman mereka atas beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yang mengisahkan tentang umat-umat terdahulu seperti umat Nabi Nuh dan Nabi Hud yang tertimpa bencana. 

Selayaknya kita tidak mengaitkan bencana alam seperti gempa , gunung meletus. banjir, tanah longsor dan Tsunami atau musibah lainnya dengan dosa seseorang atau sekelompok orang. 

Alasannya adalah “dosa tidak bisa dijadikan alat ukur terjadi bencana sebab ada orang atau komunitas lain yang lebih banyak dosanya, justru tidak mendapatkannya.”

Baca Juga: Inspiratif! Kisah Wanita yang Gemar Bershalawat, Tinggal Di Singgasana Di Surga

Pertanyaannya adalah mengapa umat Nabi Nuh 'alaihis salâm dan Nabi Hud 'alaihis salâm ditimpa bencana? 

Dua kisah di bawah ini memberikan sebagian jawaban atas pertanyaan tersebut. 

1. Pertama, kisah banjir bandang yang menimpa umat Nabi Nuh. 

Sebuah banjir bandang menimpa umat Nabi Nuh ‘alaihis salâm di masa lalu dan menewaskan hampir seluruh pengikutnya. Bencana itu sesungguhnya tidak lepas dari doa Nabi Nuh sendiri kepada Allah untuk membinasakan mereka. 

Baca Juga: Mengerikan! Berikut Kisah Nabi Isa dan Kaum Hawariyyun Mengunjungi Desa Para Pecinta Dunia

Hal ini dapat ketahui dari kandungan surat Nuh, ayat 26 dan 27 sebabagi berikut:

“Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan keturunan selain anak-anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.''

Setelah Nabi Nuh ‘alaihis salâm berdoa seperti itu, terjadilah banjir besar yang sangat dahsyat dan menewaskan sebagian besar kaumnya yang menolak beriman kepada Allah subhanahu wataa’la. 

Baca Juga: Tadabbur Al-Qur'an Surah An-Naml Ayat 36 Sampai 44, Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba'

Mereka tetap berbuat syirik, yakni menyekutukan Allah. 

Jadi secara teologis, bencana banjir itu memiliki korelasi dengan doa Nabi Nuh 'alaihis salâm.

Allah memang mengabulkan doa itu. 

Namun kelak Allah sangat marah atas doa ini dengan kemarahan yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudahnya. Kemarahan Allah itu membawa akibat Nabi Nuh tidak diperkenankan oleh Allah untuk memberikan syafaat kepada manusia di Hari Pembalasan nanti. 

Hal ini sebagaimana diakui sendiri oleh Nabi Nuh sebagaimana dikisahkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu sebagai berikut:

Baca Juga: Inspiratif! Kisah Nabi Yakub dan Malaikat Izrail Pencabut Nyawa Serta Tiga Utusan Tanda Dekatnya Kematian

“Sungguh, pada hari ini Allah telah marah dengan marah yang sebenar-benarnya, dimana Dia belum pernah marah seperti ini dan juga tidak akan marah setelahnya seperti ini. Sungguh, dahulu aku memiliki satu doa yang aku gunakan untuk menghancurkan kaumku. 

Diriku sendiri butuh syafa’at, pergilah menemui selainku! 

Pergilah menemui Ibrahim!”

2. Kedua, kisah angin ribut yang menimpa umat Nabi Hud. 

Nabi Hud 'alaihis salam diutus oleh Allah subhanahu wataa’la kepada kaum 'Aad. 

Kaum ini bertempat tinggal di lembah-lembah berbukit pasir disebut Al-Ahqaf yang terletak di Hadramaut Yaman. Nabi Hud mengajak mereka menyembah kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Namun mereka menolak ajakan itu dengan penuh kesombongan.

Baca Juga: Kisah Nabi Musa Bertemu Cacing Menjijikkan yang Selalu Bertasbih dan Bershalawat

Pada suatu hari, awan hitam menggumpal di atas langit mengelilingi kaum 'Aad. 

Mereka mengira awan tebal itu akan menjadi hujan yang akan menyirami tanah dan tanam-tanaman yang mereka miliki dan juga ternak-ternak mereka akan dapat minum dari air itu. 

Apa yang mereka perkirakan itu tidak benar karena awan tebal itu sebetulnya adalah angin ribut yang akan membinasakan mereka.

Mereka memang telah bersikap sombong atas ajakan Nabi Hud 'alaihis salâm untuk meninggalkan semua sesembahan mereka. Kesombongan mereka amat jelas melalui kata-kata yang mereka ucapkan kepada Nabi Hud sebagaimana dapat kita temukan dalam surat Al-Ahqaf, ayat 22 sebagai berikut:

Baca Juga: Kisah Nabi Daud yang Mengalahkan Tentara Jalut Hingga Mendapat Pangkat Kenabian

Mereka mengatakan: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari menyembah tuhan-tuhan kami? 

Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar."

Secara tersurat dan tersirat kaum 'Aad telah menunjukkan kesombongannya dengan menantang Nabi Hud untuk mendatangkan bencana. Kesombongan itu sama saja menantang Allah dengan mengambil selendang kebesaran-Nya. Sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhuma berbunyi:

 “Sesunguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Kemuliaan adalah pakaian-Ku dan sombong adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang mengambilnya dariku, Aku Adzab dia.”

Baca Juga: Menakjubkan! Berikut Kisah Nabi Muhammad SAW Ketika Mendapat Wahyu Shalat 5 Waktu

Atas kesombongan kaum 'Aad, Allah subhanahu wata’ala memberikan adzab. 

Jadi adzab yang menimpa kaum 'Aad merupakan akibat kesombogan mereka sendiri yakni menantang diberi adzab dan bukan semata karena perbuatan syirik yang mereka lakukan. Tantangan itu dijawab Allah dengan adzab berupa angin ribut yang dahsyat dan membinasakan mereka sebagaimana diabadikan dalam surat Al-Haqqah ayat 6-8 sebagai berikut:

“Sedangkan kaum ‘Aad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang - batang pohon kurma yang telah kosong atau lapuk. 

Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?”

Baca Juga: Kisah Nabi Nuh dan Kaumnya, Beginilah Asal Usul Kaum Kafir Menyembah Berhala

Dua kisah tersebut memberikan argumentasi yang cukup kuat bahwa bencana alam yang menimpa suatu kaum hendaknya tidak dikaitkan dengan perbuatan syirik yang mereka lakukan.

Bencana yang menimpa umat Nabi Nuh 'alaihis salâm berupa banjir bandang sebetulnya tidak terlepas dari doa Nabi Nuh sendiri kepada Allah untuk membinasakan mereka. Sedangkan bencana yang menimpa umat Nabi Hud 'alaihis salâm berupa angin ribut sebetulnya akibat kesombongan mereka sendiri, yakni menantang didatangkan adzab dari Allah subhanahu wata’ala.

Wallahu'alam, semoga bermanfaat.***

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x