Apa Hukumnya Berhubungan Suami Istri di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan? Berikut Penjelasannya

- 25 Maret 2022, 11:17 WIB
Apa Hukumnya Berhubungan Suami Istri Di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan? Berikut Penjelasannya
Apa Hukumnya Berhubungan Suami Istri Di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan? Berikut Penjelasannya /Unsplash/@tawc20/
MEDIA PAKUAN - Sampai saat ini banyak yang masih bertanya mengenai hukum berhubungan intim antara suami dan istri pada bulan Ramadhan.
 
Sebagaimana Firman Allah QS. Al Baqarah ayat 187 yang artinya:
 
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan harapkanlah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. Dan jangan kamu campuri mereka ketika kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia agar mereka bertakwa"
 
 
Dalam keterangan di atas dikatakan bahwa Allah menghalalkan suami dan istri berhubungan badan pada malam hari di bulan Ramadhan.
 
Namun, bagaimana jika berhubungan suami istri pada malam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan atau malam di mana manusia mengejar malam Lailatul Qadar? Berikut penjelasannya.
 
Untuk malam-malam sepuluh terakhir, terkhusus yang diharapkan turunnya Lailatul Qadar, maka tidak sepantasnya ia berlezat-lezatan dengan perkara mubah ini (hubungan suami istri).
 
 
Berkata Syaikh As Sa'di rahimahullah:
 
ومما كتب الله لكم ليلة القدر الموافقة لليالي صيام رمضان، فلا ينبغي لكم أن تشتغلوا بهذه اللذة عنها وتضيعوها، فاللذة مدركة، وليلة القدر إذا فاتت لم تدرك.
 
"Dan dari perkara yang Allah tetapkan pada kalian adalah adanya Lailatul Qadar yang bertepatan dengan malam-malam di bulan Ramadhan. Tidak sepantasnya kalian tersibukkan dengan kenikmatan hubungan intim daripada Lailatul Qadar dan kalian menelantarkan malam tersebut. Kenikmatan hubungan intim jika luput bisa diperoleh di lain waktu, namun Lailatul Qadar jika luput maka ia tidak akan memperolehnya lagi untuk saat itu" (Taisir Al Karim Ar Rahman, halaman 139)
 
Dan bagaimana Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dalam menyambut sepuluh terakhir Ramadhan? 
 
Sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim dalam shahih mereka dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
 
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا دخل العشر أي العشر الأخير من رمضان أحيا الليل وجد وشد مئزره وأيقظ أهله.
 
"Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh terakhir Ramadhan, beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan tali sarungnya, menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya" (HR. Muttafaqun 'alaihi)
 
 
Berkata Al Imam Ash Shan'ani rahimahullah:
 
Perkataan Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha:
 
وشد المئزر.
 
"Mengencangkan tali sarungnya"
 
Maksudnya adalah:
 
اعتزل النساء.
 
"Beliau menjauhi istri-istrinya (tidak menggaulinya)"
 
Wallahu'alam.***

Editor: Siti Andini

Sumber: Nailul Authar, juz 4 halaman 326


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x