Harus Waspada! Berikut Bahaya Berprasangka Buruk yang Perlu Kita Hindari

4 Maret 2023, 16:56 WIB
Ilustrasi. Bahaya berprasangka buruk terhadap sesama muslim /FREEPIK/MASTER1305

MEDIA PAKUAN - Prasangka buruk merupakan salah satu sikap tercela yang sangat berbahaya dan perlu kita hindari sebelum berpengaruh buruk terhadap diri kita sendiri.

Imam Al-Muzani rahimahullah berkata :

إياك من كلام ما إن أصبت فيه لم تؤجر، وإنْ أخطأت وزرت، وذلك سوء الظن بأخيك

“Waspadalah terhadap sebuah kalimat yang jika engkau benar maka engkau tidak akan mendapat pahala, dan jika engkau salah maka engkau akan mendapat dosa, yaitu berprasangka buruk kepada saudaramu (sesama muslim)” (Thabaqat Syafi'iyyah Al-Kubra : 7/209)

Baca Juga: Anda Perlu Tahu, Ini Tiga Amalan Memiliki Pahala Tidak Terbatas ! Amalkan Yuk!

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

يا أيها الذين آمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa” (Qs. Al-Hujurat : 12)

Kenapa harus dijauhi? Maka jawabannya adalah, karena suudzon dapat mengantarkan kepada dosa, bahkan dapat menjadi pintu masuk bagi dosa-dosa lainnya seperti tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain) dan ghibah atau bahkan buhtan (fitnah).

Baca Juga: Ternyata Ini Pahala Melakukan Hubungan Intim Suami Istri Sesuai Hadits 

Lanjutan ayat diatas :

ولا تجسسوا ولا يغتب بعضكم بعضا أيحب أحدكم أن يأكل لحم أخيه ميتا فكرهتموه

“Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kalian saling mengghibah satu sama lain. Adakah salah seorang diantara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya” (Qs. Al-Hujurat : 12)

Al-Imam Qurthubi rahimahullah berkata :

قوله تعالى أيحب أحدكم أن يأكل لحم أخيه ميتا مثل الله الغيبة بأكل الميتة لأن الميت لا يعلم بأكل لحمه كما أن الحي لا يعلم بغيبة من اغتابه

Baca Juga: Berikut Ini Syarat-syarat Memperoleh Pahala 27 Derajat dalam Shalat Berjamaah

“Terkait firman Allah : Adakah salah seorang diantara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? (Yaitu) Allah memberi perumpamaan terkait keburukan ghibah dengan memakan daging orang yang sudah mati, karena orang yang sudah mati tidak dapat mengetahui kalau dagingnya dimakan orang lain, seperti saat ia hidup tidak mengetahui kalau orang lain mengghibahnya” (Tafsir Al-Qurthubi Qs. Al-Hujurat : 12)

Begitu juga terkait fitnah, kebanyakan orang yang terjerumus pada dosa ini adalah disebabkan teledornya mereka saat menerima informasi. Mereka langsung mempercayai informasi tersebut tanpa menimbangnya serta mencari tau kebenarannya terlebih dahulu. 

Oleh karena itu seseorang yang menerima informasi dari orang lain lalu menceritakannya kembali kepada orang lain, maka ia termasuk pendusta. Karena alasannya adalah, informasi yang mereka terima itu tidak jelas kebenarannya, dan adakalanya benar namun tercampur dengan informasi yang mengandung kedustaan didalamnya.

Baca Juga: Pahala Zakat Bisa Diraih dengan Sholawat, Benarkah? Berikut Penjelasannya

Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda :

كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع

“Cukuplah seseorang dianggap pendusta jika ia menyampaikan setiap apa yang didengar” (HR. Muslim : 6)

Imam Nawawi rahimahullah berkata terkait hadits diatas :

وأما معنى الحديث والآثار التي في الباب ففيها الزجر عن التحديث بكل ما سمع الإنسان فإنه يسمع في العادة الصدق والكذب، فإذا حدث بكل ما سمع فقد كذب لإخباره بما لم يكن

“Dan adapun makna hadits ini dan atsar-atsar yang semisalnya adalah sebagai peringatan dari menyampaikan setiap informasi yang didengar oleh seseorang. Karena biasanya ia mendengar informasi yang benar dan informasi yang dusta, maka jika ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar, niscaya ia akan terjerumus kepada dusta karena menyampaikan sesuatu yang tidak terjadi” (Al-Minhaj Syarah Shohih Muslim : 1/75)

Baca Juga: Jangan Salah! Begini Cara Memuliakan Orang Tua yang Telah Meninggal Dunia agar Tetap Mendapat Pahala

Imam Al-Munawi juga mengomentari terkait hadits diatas, beliau rahimahullah mengatakan:

أي إذا لم يتثبت لأنه يسمع عادة الصدق والكذب، فإذا حدث بكل ما سمع لا محالة يكذب

“(Makna hadits ini adalah), jika ia tidak memastikan kebenaran sebuah informasi yang didengar (maka ia dianggap pendusta), sebab biasanya informasi yang ia dengar terkadang benar dan terkadang dusta. Maka jika ia menyampaikan semua yang didengar, ia tidak akan selamat dari kedustaan.” (Faidhul Qodir : 5/3)

Baca Juga: Wajib Tahu! Kisah Pahala Surah Yasin di Hari Jumat yang Dirasakan Ahli Kubur

Wallahu'alam, semoga bermanfaat.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Tags

Terkini

Terpopuler