Viral Keranda Terbang 'Lampor', Thaun di Malang Jawa Timur, Begini Menurut Pandangan Islam

22 Juli 2021, 14:00 WIB
Viral Keranda Terbang 'Lampor', Thaun di Malang Jawa Timur, Begini Menurut Pandangan Islam /

MEDIA PAKUAN - Fenomena keranda terbang masih hangat menjadi perbincangan masyarakat ditengah wabah pandemi virus corona ini.

Berawal dari viralnya di media sosial TikTok tengah diramaikan dengan Lampor. Viralnya lampor di TikTok ini bermula dari unggahan seorang pengguna TikTok @paijo.

Dalam unggahannya awal bulan ini, akun tersebut membagikan sebuah video singkat dalam sebuah kebon.

Dalam video tersebut, pengguna akun itu, melingkari sebuah benda yang diduga penampakan keranda terbang.

Baca Juga: Hanguskan Pemukiman Warga Tambora, 16 Mobil Pemadam Kebakaran Diterjunkan

Mitos yang berkembang di kalangan masyarakat itu ada yang mempercayai, ada juga yang menganggap cuma takhayul.

Islam sejak lama memberikan pandangan tentang wabah penyakit dan takdir kematian yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan kehadiran jin-jin jahat.

Thaun sebenarnya merupakan wabah penyakit yang terjadi di jaman Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.

Penyakit Thaun di zaman nabi tercatat dalam sebuh hadits, di mana Rasulullah bersabda jangan ada yang memasuki daerah wabah, dan jangan ada yang keluar (isolasi) juga dari daerah tersebut.

Baca Juga: Kondisi Orangtua Semakin Buruk, Amanda Manopo Beri Ucapan Maaf

"Jika kalian mendengar penyakit Thaun mewabah di suatu daerah, Maka jangan masuk ke daerah itu. Apabila kalian berada di daerah tersebut, jangan hengkang (lari) dari Thaun."

Dikutip dari buku 'Fiqih Sunnah 2' karya Sayyid Sabiq, Rasulullah mengajarkan umat Islam untuk tidak lari dari sebuah penyakit atau lebih dikenal dengan nama karantina. Tujuannya agar penyakit tersebut tidak menyebar ke mana-mana.

Dan oleh sebagian masyarakat, thaun kemudian dikaitkan dengan jin, bahwa jin lah pembawa penyakit ini.

Bahwa ada hal atau pantangan yang dilanggar sehingga terjadi hal yang buruk. Tentu saja pemahaman tentang Thaun Jin ini hanyalah mitos yang ada di masyarakat saja.

Baca Juga: Tampil di Pertemuan PBB, BTS jadi Utusan Korea Selatan: Harapan bagi Anak Muda

Sementara mitos Lampor yang juga beredar di masyarakat adalah makhluk halus atau jin yang berwujud keranda yang bisa terbang, diyakini jika bertemu dengan Lamporakan menyebabkan kematian yang diakibatkan ketakutan atau hal lainnya.

Lampor juga diisukan berubah dengan rupa atau wujud yang berbeda-beda. Lampor bisa berwujud bola api dan ada yang bilang Lampor menyerupai prajurit di zaman Majapahit.

Masyarakat daerah setempat yang dilanda Lampor, biasanya meyakini lampor yang datang di daerah tersebut, Khususnya daerah Jawa adalah pertanda akan datangnya musibah, bahkan dipercaya dapat meninggal dunia.

Lalu bagaimana Islam memandang dua mitos atau fenomena yang terjadi di masyarakat ini?Dalam Islam terdapat rukun iman yang satu di antaranya adalah mengimani hal ghaib.

Baca Juga: Cara Dapatkan BST Bansos Kemensos Rp300 Ribu Juli 2021, Login ke Laman cekbansos.kemensos.go.id

Namun bukan berarti bencana atau kematian yang datang kepada seseorang atau wilayah tertentu merupakan perbuatan dari makhluk ghaib.

Karena segala sesuatu di dunia ini berjalan di atas ketentuan dari Allah Ta'ala. Allah lah yang berkehendak atas kehidupan, kematian, rezeki, ataupun bencana yang menimpa setiap orang.

Namun gangguan dari makhluk ghaib (jin) terhadap manusia juga bisa terjadi. Gangguan tadi lebih untuk menyelewengkan manusia dari jalan yang benar agar terjerumus ke dalam kemaksiatan.

Ada beberapa cara untuk menghindari gangguan jin kafir yang rajin menjerumuskan manusia agar berbuat dosa, di antaranya dengan memanjatkan doa memohon keselamatan dan perlindungan kepada Allah daripada segala bencana dan ujian di dunia, serta siksa di akhirat.

Baca Juga: OM Hao Ungkap Fenomena Keranda Terbang Dan Ketok Pintu, Iblis Peminta Tumbal Ditengan Wabah Covid 19

Adapun lafal doanya adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ الخَيْرِ وَأَبْوَابَ البَرَكَةِ وَأَبْوَابَ النِّعْمَةِ وَأَبْوَابَ الرِّزْقِ وَأَبْوَابَ القُوَّةِ وَأَبْوَابَ الصِّحَّةِ وَأَبْوَابَ السَّلَامَةِ وَأَبْوَابَ العَافِيَةِ وَأَبْوَابَ الجَنَّةِ اللَّهُمَّ عَافِنَا مِنْ كُلِّ بَلَاءِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ وَاصْرِفْ عَنَّا بِحَقِّ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَبِيِّكَ الكَرِيْمِ شَرَّ الدُّنْيَا وَعَذَابَ الآخِرَةِ،غَفَرَ اللهُ لَنَا وَلَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ

Allāhummaftah lanā abwābal khair, wa abwābal barakah, wa abwāban ni‘mah, wa abwābar rizqi, wa abwābal quwwah, wa abwābas shihhah, wa abwābas salāmah, wa wa abwābal ‘āfiyah, wa abwābal jannah.

Allāhumma ‘āfinā min kulli balā’id duniyā wa ‘adzābil ākhirah, washrif ‘annā bi haqqil Qur’ānil ‘azhīm wa nabiiyikal karīm syarrad duniyā wa ‘adzābal ākhirah. Ghafarallāhu lanā wa lahum bi rahmatika yā arhamar rāhimīn. Subhāna rabbika rabbil ‘izzati ‘an mā yashifūn, wa salāmun ‘alal mursalīn, walhamdulillāhi rabbil ‘ālamīn.

Artinya, “Ya Allah, bukalah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu kenikmatan, pintu rezeki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu afiyah, dan pintu surga. Ya Allah, jauhkan kami dari semua ujian dunia dan siksa akhirat. Palingkan kami dari keburukan dunia dan siksa akhirat dengan hak Al-Qur’an yang agung dan derajat nabi-Mu yang pemurah. Semoga Allah mengampuni kami dan mereka. Wahai, zat yang maha pengasih. Maha suci Tuhanmu, Tuhan keagungan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga salam tercurah kepada para rasul. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,” (Lihat Perukunan Melayu, [Jakarta,Alaydrus: tanpa tahun], halaman 55-56).

Setelah mengetahui pandangan Islam terhadap Thaun, sebagai manusia sebaiknya mintalah pertolongan selalu hanya kepada Allah, patuhi semua perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya agar terhindar dari bencana di dunia dan di akhirat. ***

Sumber :https://www.youtube.com/watch?v=umB3mCdr0Og 

Editor: Popi Siti Sopiah

Tags

Terkini

Terpopuler