TPA Sarimukti Cipatat Terbakar, Warga di Empat Kota dan Kabupaten di Jawa Barat Darurat Sampah

- 11 September 2023, 19:48 WIB
Petugas membawa gerobak yang berisi sampah di Andir, Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/8/2023). Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung menyatakan, ribuan ton sampah dari Kota Bandung tidak bisa dikirim ke TPA Sarimukti untuk sementara imbas dari terjadinya kebakaran TPA yang hingga saat ini masih terjadi. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Petugas membawa gerobak yang berisi sampah di Andir, Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/8/2023). Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung menyatakan, ribuan ton sampah dari Kota Bandung tidak bisa dikirim ke TPA Sarimukti untuk sementara imbas dari terjadinya kebakaran TPA yang hingga saat ini masih terjadi. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc. /Antara/RAISAN AL FARISI/
 
MEDIA PAKUAN - Warga yang tersebar di Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung. Maupun di Kabupaten Bandung Barat masih bingung dalam menghadapi persoalan sampah pasca kebakaran tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti di Kecamatan Cipatat.
 
Keempat kota dan kabupaten ini masih berharap bisa sesegara mungkin membuang sampah kembali ke TPA Sarimukti.
 
Berdasarkan zona perhitungannya Sarimukti yang di siapkan seluas tanah 2 hektar itu diperkirakan habis pada Senin 11 September 2023.
 
Lahan yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah di sekitar TPA Sarimukti hanya menampung 8.689 ton sampah.
 
 
Artinya untuk tanggal 12 september 2023 tidak di perbolehkan membuang sampah ke zona darurat di sarimukti.
 
Bila kondisi yang tidak memungkinkan disebabkan masih adanya titik titik api yang belum padam.
 
Maka ke empat wilayah harus kembali menahan sampahnya di tempat tempat pembuangan sementara (TPS) yang ada di wilayahnya masing masing.
 
Bila tidak ada yang mengelola dengan benar bisa menjadi gunungan gunungan sampah yang akan sulit dihindari.
 
Belum lagi bau sampah yang akan mengundang lalat lalat datang dang menggangu warga di sekitarnya.
 
 
Upaya yang di lakukan agar masyarakat terlibat dalam menyelesaikan persoalan sampah ini tampaknya belum di lakukan secara maksimum.
 
Pasalnya kalau hanya sekedar imbauan rasanya aga sulit untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar mau terlibat dalam mencari jalan keluar.
 
Kalaupun ada yang mengikuti bole jadi jumlah nya yang tidak banyak.
 
Selebihnya, membuang sampah dengan cara 
mencampur sampah sisa makanan, kertas, plastik, atau lainnya jadi satu.
 
Padahal, sisa makanan dan sayuran bisa dimanfaatkan untuk pakan hewan, seperti ayam, bebek, atau burung.
 
 
 bisa dijadikan pupuk di halaman rumah masing-masing.  Lantas, sampah kertas dan plastiknya bisa diserahkan kepada  bank-bank sampah atau pemulung.
 
Setidaknya sekecil apa pun upaya yang dilakukan masyarakat, diharapkan bisa mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPS.
 
Jika yang kecil saja masyarakat sulit untuk dilakukan, jangan harap masyarakat akan terlibat pada persoalan bangsa yang lebih besar.
 
Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan lebih menggencarkan lagi sosialisasi bagaimana memilah sampah sejak dari sumbernya.
 
Libatkan kader-kader PKK yang ada di setiap RT dan RW untuk turut mensosialisasikan program pilah sampah secara masif.
 
 
Sementara yang ada saat ini, baru sebatas percontohan atau dilakukan di kelompok kecil di masyarakat.
 
Misalnya saja dengan program Kang Pisman, yaitu program kurangi, pisahkan, dan manfaatkan sampah.
 
Bisa jadi hanya dilakukan di sejumlah RW, belum menyeluruh di seluruh RW Kota Bandung.
 
Begitu juga dengan Program Grak Ompimpah, yaitu Gerakan Orang Cimahi Pilah Sampah, masih sebatas sosialisasi kepada beberapa kader.
 
Tetapi program tersebut tidak disebarluaskan secara intens ke masyarakat yang lebih luas di tingkat RT dan RW.
 
 
Tidak heran lagi pada saat masyarakat dilarang membuang sampah ke TPS atau petugas pengangkut sampah tidak mengangkut sampah ke rumah-rumah warga.
 
Ada saja warga yang memilih membuang sampahnya ke sungai sehingga mencemari air sungai.
 
Atau, ada juga yang memilih membakarnya sehingga mencemari udara. Mereka memilih cara instan, yang penting sampah hilang dari rumahnya.
 
Karena itu, diperlukan sanksi tegas terhadap mereka yang membuang sampah ke sungai, termasuk juga kepada siapa pun yang membakar sampah.
 
Apalagi membakar sampah di dekat ilalang yang mudah terbakar sehingga rawan terjadi kebakaran.
 
 
Dalam upaya menyadarkan masyarakat dalam memilah sampah, bisa juga pemerintah daerah memberikan tong-tong sampah secara cuma-cuma kepada warga.
 
Dalam penyediaannya, bisa menggandeng berbagai perusahaan untuk menggunakan dana CSR-nya dalam penyediaan tong-tong sampah dalam menangani persoalan darurat sampah ini.
 
Meski cara itu belum tentu juga berjalan sesuai harapan. Tetapi tidak ada salahnya dicoba sebagai ikhtiar bersama dalam menyelesaikan persoalan sampah.
 
Agar sampah tidak lagi hanya menjadi beban pemerintah kota/kabupaten. Sekecil apa pun keterlibatan masyarakat dalam memilah dan mengurangi sampah dari sumbernya.
 
Sehingga diharapkan turut mengurangi persoalan yang tak kunjung selesai. Apalagi, setiap hari sampah itu selalu ada.***

Editor: Ahmad R

Sumber: Media Pakuan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x