Network
MEDIA PAKUAN - Maraknya rilis hasil survei elektabilitas pasangan calon presiden - calon wakil presiden dalam kontestasi Pilpres 2024 membuat banyak pertanyaan
Bahkan banyak pengamat politik dan tokoh masyarakat menghimbau publik untuk tidak mudah mempercayai hasil survei terkait pasangan calon ( Paslon) di Pilpres 2024.
Denny Zulfikar Siregar aktivis dan pengiat sosial mencuit di platfrom X dengan narasi himbauan pada publik
"Gak usah liat survey2. Sekarang ini ada krisis kepercayaan yg tinggi terhadap hasil lembaga survey. Orang sudah tidak percaya profesionalitas mrk, karena banyak dr mrk secara telanjang merusak diri sendiri dgn menjadi timses paslon.
Acuan sederhananya begini aja. Semakin kencang intimidasi, semakin kencang mobilisasi, semakin tampak keberpihakan yg menjijikkan, berarti ada yang panik luar biasa melihat survey internal sendiri yg bilang, "kemungkinan kalah sangat besar jika 2 putaran krn tingkat kepuasan anjlok ke titik terbawah"."@Dennysiregar7 yang dikutip mediapakuan.com pada Kamis,(18/1/2024).
Baca Juga: Viral Video Anggota Satpol PP Garut Dukung Gibran, Denny Siregar: Sudah Tidak Ada Malu-malunya
Betapa tidak? Selain sejumlah lembaga survei yang telah punya rekam jejak atau pengalaman memadai dalam kegiatan survei pilpres atau pilkada, sekonyong-konyong muncul pula beberapa lembaga penyelenggara survei dadakan dengan hasil polling yang “mengejutkan”, kalau bukan “mengagetkan”.
Faktanya, survei dan hasil survei bisa tak lagi sekadar sebagai alat untuk “memotret opini publik” secara berkala atau periodik, namun survei juga bisa menjadi intsrumen untuk “menggiring opini”. Pada titik ini, yang paling krusial tentu saja survei terkait dengan politik, dalam hal ini pemilu atau pilpres.
Dalam konteks hasil survei politik yang memperlihatkan keunggulan calon tertentu, maka publikasi hasil survei diharapkan akan mempengaruhi banyak orang untuk mengikuti kecendrungan yang mengunggulkan calon tersebut, sehingga sang salon pada akhirnya diuntungkan dengan efek ikut-ikutan tersebut.***
