Periode Berbahaya, Lagi-lagi Putin Calonkan Diri Pemilihan Presiden Rusia Maret 2024 Mendatang

- 7 November 2023, 09:03 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin /Gavriil Grigorov/REUTERS/

 

Langkah Putin dilakukan untuk lebih lagi berkuasa setidaknya hingga tahun 2030 mendatang.

Hal ini disampaikan sumber kepada Reuters, pemimpin Kremlin tersebut merasa ia harus mengarahkan Rusia melewati periode paling berbahaya dalam beberapa dekade. Terutama dalam enam tahun mendatang.

Setelah meredahnya pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner pada bulan Juni 2023 lalu. 

Kini Putin telah bergerak untuk menggalang dukungan di antara basis intinya di pasukan keamanan, angkatan bersenjata, dan pemilih regional di luar Moskow. Sedangkan untuk sementara waktu Wagner dengan tegas dikekang

Baca Juga: Barcelona Kehilangan 2 Pemain Jelang Bertandang ke Shakhtar Donetsk, Pada Pekan ke 4 UEFA Champions League

Pertahanan, persenjataan, dan belanja anggaran Rusia secara keseluruhan telah melonjak sementara Putin telah banyak tampil di depan umum, termasuk di kawasan, selama beberapa bulan terakhir.

“Keputusan sudah diambil – dia akan mencalonkan diri,”ujar salah satu sumber yang mengetahui perencanaan tersebut.

Sumber lain mengatakan mengetahui pemikiran Kremlin. Langkah tersebut merupakan keputusan telah dibuat dan penasihat Putin sedang mempersiapkan partisipasinya. 

"Tiga sumber lainnya menyebut keputusan maju pada Pilpres Maret 2024 sudah diambil,"katanya.

Namun Putin harus menghadapi serangkaian tantangan paling serius yang pernah dihadapi pemimpin Kremlin. Penentangan Mikhail Gorbachev bergulat dengan runtuhnya Uni Soviet lebih dari tiga dekade lalu.

Karena perang di Ukraina telah menyebabkan konfrontasi terbesar dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962. 

Baca Juga: Menjelang Manchester City VS Young Boys di UEFA Champions League, Erling Braut Haaland Diragukan Untuk Tampil

Adanya sanksi Barat yang diakibatkannya telah memberikan guncangan eksternal terbesar terhadap perekonomian Rusia dalam beberapa dekade.

Sebelumnya, negara-negara Barat sudah menganggap Putin sebagai penjahat perang dan diktator yang telah memimpin Rusia.

Mereka menganggap Putin melakukan perampasan tanah bergaya kekaisaran yang telah melemahkan Rusia dan membentuk negara Ukraina.

Sekaligus mempersatukan Barat dan memberi NATO rasa misi yang baru.

Namun, Putin menyatakan perang tersebut sebagai bagian dari perjuangan yang lebih luas melawan Amerika Serikat.

Bahkan menurut para elit Kremlin bertujuan untuk memecah belah Rusia, mengambil sumber daya alamnya yang sangat besar, dan kemudian melakukan penyelesaian dengan Tiongkok.

Baca Juga: Cegah Terorisme, Indonesia Masuk Organisasi Anti Pencucian Uang, Jokowi: Diterima Secara Aklamasi

“Rusia sedang menghadapi kekuatan gabungan dari Barat sehingga perubahan besar tidak akan dilakukan,” kata salah satu sumber.

Karena,bagi sebagian orang Rusia, perang tersebut telah menunjukkan kelemahan Rusia pasca-Soviet.

Sementara itu,Politisi oposisi Rusia yang dipenjara, Alexei Navalny, menyebutkan Putin tengah membawa Rusia ke jalan buntu strategis menuju kehancuran.

Dengan membangun sistem penjilat korup yang rapuh yang pada akhirnya akan menghasilkan kekacauan, bukan stabilitas.

“Rusia sedang mengalami kemunduran,” tandas Oleg Orlov , salah satu aktivis hak asasi manusia paling dihormati di Rusia, kepada Reuters pada bulan Juli. 

“Kami meninggalkan totalitarianisme Komunis tetapi sekarang kembali ke totalitarianisme yang berbeda,"tutupnya.***

 

 
 
 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x