UNHCR Apresiasi Penyelamatan Pengungsi Rohingya yang Dilakukan Masyarakat Aceh

- 10 September 2020, 11:19 WIB
Juru Bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Babar Baloch menyampaikan informasi mengenai bantuan kemanusiaan untuk pengungsi etnis Rohingya di Aceh saat jumpa pers di Jenewa, Swiss pada Selasa, 8 September 2020.
Juru Bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Babar Baloch menyampaikan informasi mengenai bantuan kemanusiaan untuk pengungsi etnis Rohingya di Aceh saat jumpa pers di Jenewa, Swiss pada Selasa, 8 September 2020. /ANTARA/HO-UNifeed

MEDIA PAKUAN-Tindakan kemanusiaan yang dilakukan masyarakat Provinsi Aceh terhadap 290 pengungsi etnis Rohingya yang terombang ambing di lautan selama tujuh bulan diapresiasi Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR).

“UNHCR, badan PBB untuk pengungsi, menyambut baik upaya penyelamatan hampir 300 orang pengungsi Rohingya di pesisir utara Aceh, Indonesia, dini hari (7/9/2020),” kata Juru Bicara UNHCR, Babar Baloch, saat jumpa pers di Jenewa, dikutip dari Wartaekonomi.co.id judul “Alhamdulillah, Rakyat Aceh Dipuji-puji PBB Berkat Lakukan” sebagaimana disiarkan di laman resmi PBB.

Dikatakan, ratusan pengungsi ini telah berjuang untuk bertahan hidup di lautan dengan kondisi yang buruk selama tujuh bulan.

Para pengungsi kemungkinan berasal dari satu kapal induk yang membawa 500 penumpang yang berlayar menuju Malaysia tujuh bulan lalu. “Satu perahu lainnya, membawa 269 warga etnis Rohingya, telah berlabuh di Langkawi, Malaysia, pada 8 Juni,” terang Juru Bicara IOM, Paul Dillon, dalam sesi jumpa pers yang sama.

Baca Juga: Ahli Virologi Jerman Christian Drosten, Karantina Covid-19 Cukup Lima Hari

Menurut kesaksian seorang penyintas yang berusia 20 tahun, ratusan pengungsi itu berasal dari kamp di Cox’s Bazaar, Bangladesh, dan mereka telah berganti-ganti kapal sejak pertama kali berlayar tujuh bulan lalu.

Sebelum berlabuh di Aceh, ratusan pengungsi itu sempat terjebak di Laut Andaman dan ujung Selat Malaka selama berbulan-bulan.

“Saat terjebak di perairan itu, mereka mengaku mendapat kiriman makanan, air, dan kebutuhan pokok lainnya. Sulit dibayangkan, tak ada yang menyadari keberadaan mereka di sana selama tujuh bulan,” ujar Dillon.

Menurut kesaksian beberapa penyintas, sekitar 30 pengungsi, di antaranya termasuk anak-anak, tewas selama terjebak di atas laut dan laporan beberapa media menyebut jasad mereka telah dilarung ke laut, sebut Baloch.

Halaman:

Editor: Toni Kamajaya

Sumber: wartaekonomi.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x